9 Fakta Begal di Medan, Oknum Aparat Diduga Terlibat, Jualan di Medsos
Karena sekarang, jaringan pencuri kendaraan bermotor telah memanfaatkan sarana ini sebagai lapak untuk berjualan hasil kejahatan mereka
Editor: Hendra Gunawan
Dalam menjalankan bisnisnya, AD disebut-sebut bekerjasama dengan oknum polisi dan tentara nakal.
Keterlibatan oknum aparat dalam bisnis motor bodong diduga jadi biang terus berlimpahnya stok motor haram ini.
Motor itu, Honda jenis Vario, dilego ke oknum aparat dengan harga Rp 4 juta, dibayar tunai.
Hasil penjualan kemudian dibagi rata kepada komplotan yang ikut berperan dalam kejahatan.
"Vario‑nya masih mulus. Transaksi deal Rp 4 juta, dia (aparat) kasih cash. Kalau nomor kontaknya aku enggak tahu, kawan yang hubungi, namanya pun aku enggak tahu, cuma pas jumpa aku panggil dia, Abang. Pernah aku dapat Rp 800 ribu paling besar. Kami selalu bagi rata, setelah dipotong uang operasional seperti minyak, rokok dan lainnya dihitung," ungkapnya.
6. Keterlibatan oknum aparat
Dua anggota begal buka‑bukaan mengenai dugaan keterlibatan oknum aparat dalam bisnis gelap motor curian.
Sumber Tribun, D, seorang pemain lain dalam bisnis ilegal ini mengatakan, keterlibatan oknum aparat telah menjadi rahasia umum, termasuk di jaringan begal di mana dia juga terlibat. Oknum aparat biasanya bertindak sebagai penadah.
"Rata‑rata dari satuan samping (TNI, Red). Aku pernah jual motor matic ke Binjai. Habis main (membegal) dini hari, paginya aku disuruh kawan bawa motor itu ke Binjai, katanya, ada oknum satuan samping mau beli," kata D.
Tidak sekali saja, D mengaku pernah melakukan hal sama di kawasan Jalan Sisingamangaraja, Pasar 12.
Begitu berhasil mendapat motor hasil begal, mereka langsung menghubungi oknum aparat yang dimaksud.
"Di SM Raja (Jl Sisingamangaraja), Pasar 12, kami pernah jual sama satuan samping juga. Pas transaksi dia enggak pernah pakai seragam, tapi kupastikan dia aparat, nomornya enggak ganti‑ganti. Aku enggak pernah tahu dari kesatuan mana, kami enggak pernah tanya, yang penting motor laku," jelasnya.
7. Kapendam sebut para pelaku bukan lagi anggota TNI
Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) I/Bukit Barisan Kolonel Inf Edi Hartono, menyebut para pelaku umumnya bukan lagi anggota TNI. Mereka rata-rata sudah dipecat namun masih mengaku sebagai anggota TNI.
"Masyarakat di luar, kan, tidak tahu. Dia mungkin masih berkeliaran di seputar Medan. Untuk menyambung hidup, mengaku‑ngaku tentara ke sana kemari. Walau atribut kami lucuti, tidak menutup kemungkinan mengaku tentara," ujarnya.