Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wow, Kisah Gigihnya Komunitas Ini Lestarikan Sablon Cukil Hingga ke Papua

"Ayo, mau nyoba sablon? Sini kami ajarkan," tawar seorang pria kepada pengunjung yang tengah lewat.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Wow, Kisah Gigihnya Komunitas Ini Lestarikan Sablon Cukil Hingga ke Papua
surabaya.tribunnews.com/delya oktovie
Gonang menunjukkan cara membuat sablon cukil 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - "Ayo, mau nyoba sablon? Sini kami ajarkan," tawar seorang pria kepada pengunjung yang tengah lewat.

Beberapa tertarik dengan ajakannya, yang kemudian dengan senang hati ia tunjukkan langkah-langkah melakukan sablon, tetapi dengan teknik cukil.

Pertama-tama, ia meminta pengunjung untuk memilih sebuah gambar yang ingin mereka sablon.

Seorang pengunjung memilih gambar karakter SpongeBob Squarepants yang ia lihat dari gawainya.

Kemudian, pria tersebut meminta pengunjung mencukil papan Medium Density Fibreboard (MDF), membuat bentuk gambar yang ia inginkan.

"Nanti bagian yang dicukil nggak kenal tinta. Ini nanti bisa disablon ke kertas, kain, kaos juga bisa," jelas Gonang, satu di antara anggota Sablon Cukil BRR.

Pria asal Blora, Jawa Tengah ini sudah enam tahun ikut komunitas sablon cukil ini.

BERITA REKOMENDASI

Ia tertarik mendalami sablon cukil karena sejarah awal sablon cukil yang membuatnya merasa tergerak, untuk melestarikan sablon cukil.

"Dari jaman printing itu ada cap, lalu berkembang jadi cukil. Menurut saya cukil ini teknik printing yang paling dasar. Dulu, sablon cukil digunakan sebagai alat propaganda," tuturnya.

Ia menceritakan bahwa sablon cukil biasa digunakan untuk mengkritik pemerintah maupun kondisi sosial, mulai dari pergerakan aktivis hingga sebagai seni.

Hal ini tercermin dari warna-warna yang sering digunakan oleh Gonang, seperti putih, kuning, merah, hitam, dan lain-lain, yang tone-nya terkesan gelap.

Gonang sendiri juga biasa membuat sablon cukil untuk menyuarakan kritiknya pada banyak hal.

Karena pentingnya sablon cukil, dan banyaknya perubahan-perubahan yang mampu terjadi karena penyebaran sablon ini di masa lalu, Gonang merasa memiliki kewajiban untuk melestarikan sablon cukil.

"Makanya kami sebulan minimal sekali ngajari secara cuma-cuma ke siapapun. Anak-anak kecil juga suka kami kasih workshop. Kami pernah workshop ke Semarang, Bojonegoro, Blora, paling jauh ke Papua," jelasnya.

Selain karena tidak ingin sablon cukil ditelan oleh zaman, Gonang juga berharap ilmu yang ia ajarkan bisa bermanfaat bagi orang lain, "Hidup ini buat apa sih, kalo nggak berguna buat orang lain?" pungkasnya. 

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas