Ini Kata Sastrawan Timur Sinar Tanggapi Hiruk Pikuk Penafsiran Puisi Gus Mus yang Dibaca Ganjar
Puisi ciptaan KH Mustofa Bisri atau Gus Mus yang dibacakan Ganjar Pranowo sempat heboh di dunia maya, belum lama ini.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Daniel Ari Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Puisi ciptaan KH Mustofa Bisri atau Gus Mus yang dibacakan Ganjar Pranowo sempat heboh di dunia maya, belum lama ini.
Di beberapa media sosial, misalnya Facebook, mulai bermunculan meme berupa foto Ganjar Pranowo bersemat kalimat salah satu bait puisi berjudul 'Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana' itu. Terdapat logo Islam Bertauhid.
Di bagian tengah, atau tepatnya bawah kalimat penggalan bait puisi tersebut dilampirkan nama Ganjar Pranowo, yang berkesan seolah si pembuat bait adalah Ganjar.
Pada bagian paling bawah, ditulis dua kalimat berisi," Sebentar Bung, memanggil Tuhan dengan pengeras suara itu maksudmu Adzan? Adzan itu bukan memanggil Tuhan bung. Adzan itu memanggil orang untuk Sholat jamaah di masjid."
Meme tersebut dapat dilihat dalam grup Facebook, dengan mengisi kata kunci Ganjar Pranowo dalam kolom pencarian aplikasi karya Mark Zuckerberg itu.
Sastrawan asal Semarang, Timur Sinar Suprabana menanggapi viralnya penggalan bait dalam puisi Gus Mus yang dibuat sekitar tahun 1987 itu.
Menurutnya, membaca dan memahami puisi harus secara keseluruhan. Tidak hanya perbagian.
"Jadi harus komprehensif," kata Timur melalui telepon, Senin (9/4/2018) sore.
Khusus bagian yang dipersoalkan, lanjut Timur, tidak ada urusannya dengan azan.
"Tidak ada. Wong kalimatnya jelas kok. Yang disoal Gus Mus adalah penggunaan pengeras suara atau toa saat melantunkan azan. Jadi Gus Mus atau pembaca puisi itu tidak mempersoalkan azan," beber dia.
Timur mengatakan inti pernyataan pada bait yang dipersoalkan itu tidak sedikitpun berbicara tentang azan. Tetapi lebih berbicara pada cara berazan. Itu berbeda.
"Kenapa ketika Gus Mus membacakan itu dan menghadirkannya di Youtube secara umum, tidak ada yang mempersoalkan? Lalu kenapa ketika Ganjar Pranowo yang membacakan itu dipersoalkan?" ungkapnya.
Pria kelahiran Mei 1963 itu menuturkan logika lain, siapapun yang mempersoalkan pembacaan puisi Ganjar, harus memperkarakan penciptanya. (*)