Enam Rumah Nelayan di Pesisir Genteng Barat Rusak Dihantam Abrasi Pantai
Enam unit rumah nelayan di Gampong Genteng Barat, Kecamatan Batee, Pidie, rusak parah akibat dihantam abrasi dan puting beliung, Rabu (16/5/2018).
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, SIGLI - Enam unit rumah nelayan di Gampong Genteng Barat, Kecamatan Batee, Pidie, rusak parah akibat dihantam abrasi dan puting beliung, Rabu (16/5/2018).
Akibat kejadian itu, warga kehilangan tempat tinggal.
Saat ini, Pemkab Pidie belum menyerahkan bantuan masa panik dan memperbaiki abrasi di bibir Pantai Genteng Barat yang kian meluas itu.
"Satu rumah rusak dihantam puting beliung dan lima lainnya rusak diterjang gelombang laut. Hingga kini, Pemkab belum menyalurkan bantuan masa panik untuk warga yang tertimpa musibah," kata Keuchik Genteng Barat, Saiful, Kamis (17/5/2018).
Ia juga menyebutkan, rumah warga yang ambruk rata dengan tanah akibat dihantam angin kencang adalah milik M Yusuf Agani (32).
Beruntung saat kejadian, M Yusuf bersama keluarganya berhasil keluar rumah, sehingga tidak ada korban jiwa maupun luka-luka.
Baca: Penembak 3 Teroris Dapat Pin Emas, Empat Polisi Lainnya Naik Pangkat
Kini, M Yusuf yang kehilangan tempat tinggal itu harus menumpang di rumah mertuanya di desa yang sama.
Dijelaskan, lima rumah yang rusak akibat abrasi masing-masing milik Hasballah Adam (70), M Yani Yahya (50), Johan (38), Refail ( 40) dan Adnan (28).
Kerusakan lima unit rumah nelayan itu kondisinya sangat parah. Sebab, halaman rumah warga telah terkikis habis diterjang abrasi.
Menurut, Keuchik Saiful, abrasi di Genteng Barat akan terus meluas jika Pemkab tidak menangani secara cepat.
Karena gelombang laut hampir setiap detik menghantam bibir pantai yang sudah mengancam kawasan permukiman.
"Warga pesisir Genteng Barat sangat kecewa akibat lambannya penanganan abrasi. Padahal, kami telah jauh-jauh hari melaporkan kepada Pemkab supaya cepat ditanggulangi," kata dia.
Baca: Tak Biasanya Jam Setengah Empat Pagi Bayu Mandi Dua Kali Sebelum ke Gereja
Sekretaris Dinas Sosial Pidie, Muhammad Haris, yang dihubungi Serambi, tidak berhasil dikonfirmasi terkait hal ini.
Dia tidak menjawab panggilan telepon dari Serambi yang berkali-kali menghubunginya.