Mengenal Asep Yuliarso, Seorang Kades yang Dulunya Preman di Terminal
Kehidupan hitam yang pernah ia jalani kini berubah drastis setelah ia berdoa dan berguru kepada seorang ustaz
Editor: Eko Sutriyanto
Banyak masyakarat yang puas dengan hasil pekerjaannya. Asep pun menganggap ia telah menemukan dunia baru untuk mencari nafkah menghidupi keluarganya.
Ia pun mulai meninggalkan tawaran dari teman-temannya yang masih menawarinya pekerjaan termasuk mengajaknya minum.
"Tak langsung menolak, saya tolak secara halus, saya bawa pemberian mereka lalu buang setelah mereka tak ada, karena saya pernah mencicip ternyata tubuh saya menolak, saya langsung pusing tak seperti biasanya, saya pun takut mati dalam keadaan tak suci," kata Asep.
Banyaknya warga yang puas dengan hasil pekerjaannya di program PNPM, membuat namanya dicalonkan menjadi kepala desa Ciwalen tahun 2013. Nama Asep yang sudah dikenal banyak orang tak lagi membuatnya kesulitan untuk meraih suara.
Apalagi kebiasaannya yang negatif kini sudah berganti menjadi positif. Asep pun terpilih menjadi kepala desa dan menjabat hingga sekarang.
Baca: Aturan yang Begini Sebabkan Isu Pilpres di Pilgub Jabar Jadi Bahan Perdebatan
Keinginan kuat dari diri sendiri, memisahkan diri perlahan dari kegiatan negatif, lalu Asep pun diberi kelancaran dan jalan untuk hijrah.
"Namun pengalaman menjadi preman ada hikmahnya juga setiap ada pertengkaran cepat selesai, hehehe...," kata Asep.
Keseriusannya menjadi pelayan masyarakat pun terbukti, pada tahun 2017 ia terpilih menjadi kepala desa terbaik se-Indonesia, melalui program kerja sama dengan warga bikin percontohan bidang kesehatan.
"Ini sebagian kecil dari cita-cita saya untuk melayani masyarakat, alhamdulillah desa kami menjadi percontohan untuk desa Se-Indonesia dalam bidang kesehatan," kata Asep.