PT Toba Plup Lestari Bantah Sengaja Meracuni Sumber Air Warga Sihaporas, Simalungun
Humas PT TPL Agusta Sirait, menyebut, manajemen TPL telah mendapatkan informasi mengenai kejadian dugaan sungai dan ikan kena racun di Sihaporas
Editor: Sugiyarto
![PT Toba Plup Lestari Bantah Sengaja Meracuni Sumber Air Warga Sihaporas, Simalungun](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/penebangan-hutan-rambah-hutan-adat_20181031_112039.jpg)
“Kami dan Lembaga Adat Lamtoras Sihaproas telah menelusuri sungai. Ternyata di atas, di hulu, ada camp pekerja yang diduga meracun ikan. Warga menemukan barang bukti ikan dan kepiting di camp ersebut. Sampai sore ini, warga masih bertahan di lokasi camp, sampai polisi datang,” ujar Jonni.
“Saat melapor tadi siang, sudah kubilang sama Polres bahwa, massa tidak bisa saya kendalikan apabila ini tidak segera ditangani karena warga telah menemukan tanda-tanda bahwa yang berkamp di sana pelaku."
"Oleh sebab itu harus segera dikendalikan... Jangan salahkan warga nantinya kalau polisi tidak bertindak segera ke TKP itu kami bilang tadi,” ujar Jonni, pengurus Lembaga Adat Keturunan Ompu Mamontang Laut Ambarita Sihaporas (Lamtoras).
![Tumpukan kayu alam di tepian sungai dekat kawasan hulu hutan adat Sihaporas, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.](http://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/penebangan-hutan-rambah-hutan-adat1_20181031_112448.jpg)
Baca: Masyarakat Sihaporas Minta Menteri Siti Nurbaya Jadikan Lahan yang Mereka Tempati Sebagai Tanah Adat
Baca: Warga Desa Sihaporas Mengadu ke Presiden dan Kapolri
Baca: Sumber Air Tercemar Racun Pestisida, Masyarakat Adat: Jangan Bunuh Kami dengan Racunmu
Donal Ambarita, warga Sihaporas yang merantau ke Jakarta namun kebetulan pulang ke Sihaproas untuk menghadiri pesta adat Patarias Debata Mulajadi Nabolon, menyebut, ikan-ikan mulai ditemukan mendadak mati sehari sebelumnya.
"Pertama sekali, saya temukan sekitar pukul 12.00 WIB. Saat itu, saya kebetulan main ke Maranti. Saya terkejut dan curiga berat, ada camp/kemah pekerja di kebun bahan baku kertas yang tidak jauh dari lokasi matinya ikan-ikan,"ujar Donald.
Ikan-ikan yang mati itu sudah lama dibesarkan dan selalu digunakan pada setiap perhelatan ritual Masyarakat Adat Sihaporas yang berlangsung sejk ratusan tahun lalu. Termasuk pada acara empat tahunan "Patarias Debata Mulajadi Na Bolon" yang barus saja diselenggarakan.
Menurutnya, Ihan Batak itu bermatian lemas di Aek/Sungai Maranti, hulu sungai besar keperluan warga Sihaporas.
Di aliran sungai inilah diselenggarakan acara martutu aek/maranggir, bagian/skuel ritual Patarias Debata Mulajadi Nabolon, Rabu lalu.
Hulu sungai kurang lebih 2 km ke arah hulu dari lokasi Martutu Aek. Kematian ikan-ikan itu dicurigai akibat racun gulma. Padahal, tidak pernah ikan mati akibat keracunan selama ini.
Ikan mati dikibatkan kekurangan oksigen juga sangat tidak memungkinkan, karena ikan memang hidup di alam bebas dan tidak pernah ada pakan tambahan seperti pelet. Ihan Batak memang hidup dan bergantung pada alam serta hidup di sungai.
"Selama bertahun-tahun, ini tidak pernah mati begini. Kami sangat curiga," tuturnya.
Aek Maranti dan Sianggarbo (di hulu) dan Aek Sidogor-dogor/agak ke hilir sekaligus lokasi ritual martutu aek tgl 24 Oktober lalu adalah sungai terbesar di Sihaporas.
Ihan Batak atau curong (Latin: Neolissochilus thienemanni) adalah jenis ikan hidup di air tawar. Menurut situs wikipedia, ihan termasuk ikan semah (Tor spp., syn. Labeobarbus, suku Cyprinidae. Juga dipakai untuk jenis-jenis Neolissochilus), ikan air tawar yang berasal dari Indo-Australia dan anak benua India.
Nama lain ikan ini adalah kancra (Sunda), tåmbrå (Jawa), sapan (Kalimantan), mahseer, atau kelah (Malaysia). Nama "semah" populer dipakai di Sumatra bagian tengah hingga ke selatan.
Ikan yang masih sekerabat dengan ikan mas ini populer sebagai bahan pangan kelas tinggi, dan yang biasa dijumpai dan dikonsumsi di Indonesia dan Malaysia.