Prostitusi Pelajar di Lampung Libatkan Siswi SMP Kakak Beradik, Konsumennya Siswa SMA Sampai Pejabat
Fakta lain mengenai kasus prostitusi pelajar di Lampung diungkap Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung.
Editor: Choirul Arifin
Dalam menjalankan bisnis esek-esek tersebut, Rahmawati menyebarkan nomor teleponnya kepada para pelanggan.
Kapolresta mengatakan, setelah ada kesepakatan harga, Rahmawati selanjutnya mengatur tempat transaksi. "Nanti, tersangka akan mengantar anak asuhnya itu ke pelanggan lalu uangnya diambil Rahmawati," ucapnya.
Murbani mengatakan, tarif siswi SMA itu bervariasi, mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Tidak hanya itu, Rahmawati juga bersedia melayani pelanggan apabila tertarik dengan dirinya.
Tarifnya pun tak jauh beda berkisar Rp 1 juta hingga Rp 3 juta. Sementara, Rahmawati mengakui memiliki "anak asuh" yang berjumlah lima orang.
Para anak asuhnya itu, tutur dia, merupakan siswi SMA dan mahasiswi. Rahmawati mengatakan, ia mendapatkan anak asuh itu dari pergaulan dengan teman-temannya.
Menurut dia, para siswi SMA itu yang menghubunginya dan meminta dicarikan pria hidung belang. "Saya carikan mereka pelanggan melalui telepon," ujarnya, Selasa.
Ia pun membenarkan bahwa tarif anak asuhnya berkisar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Setiap transaksi, kata dia, dipotong Rp 200 ribu untuk dirinya.
Menurut Rahmawati, dalam sehari, belum pasti ada transaksi terjadi. "Ya tidak tentu. Kadang sehari bisa ada dua transaksi kadang tidak ada. Tergantung ada pelanggan yang menelepon saja," ucapnya.
20 Persen Pelanggannya Siswa SMA
Fakta lain mengenai kasus prostitusi pelajar di Lampung diungkap Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung.
Koordinator Pencegahan HIV PKBI Lampung, Rachmat Cahya Aji menuturkan, 20 persen pelanggan pekerja seks komersial (PSK), masih menyandang status sebagai siswa SMA. "Bahkan, ada pelajar yang pacaran sama pekerja seks," kata Aji, Senin (1/12/2018).
Temuan tersebut menjadi perhatian serius PKBI Lampung. "Bahkan sekarang itu, banyak pelajar SMA yang ke lokalisasi. Bahkan, 20 persen pelanggan pekerja seks itu adalah pelajar SMA," ungkap Aji.
"Jadi dari 10 pelanggan seorang pekerja seks, itu 2 orang di antaranya adalah pelajar. Mereka itu awalnya ingin coba-coba, tahu dari teman, sampai ada yang langganan meski jarang-jarang," ungkap Aji menambahkan.
Aji meneruskan, para siswa SMA itu umumnya menjadi pelanggan PSK yang sudah relatif berumur. Sebab, pekerja seks yang berusia muda, tarifnya mahal dan kurang terjangkau sama pelajar.
Tarifnya sekitar Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta ke atas namun bisa negosiasi. Menurut Aji, ada beberapa pelanggan tersebut yang akhirnya terkena penyakit kelamin seperti spilis dan kencing nanah. (indra/hanif/romi/wakos/sulis/tribun lampung)