Burung Gagak Beterbangan Sebelum Samsuddin dan Dua Cucunya Tewas, Tetangga Kaitkan Dengan Hal Mistis
Peristiwa meninggalnya kakek Samsuddin Daeng Labbang (65) di Kabupaten Gowa, dikait-kaitkan dengan hal mistis sehari sebelumnya.
Editor: Hendra Gunawan
Lanjut Ramlah, pada malam harinya, sekitar pukul 20.00 Wita, burung gagak hitam yang jumlahnya cukup banyak beterbangan di atas rumah Dg Labbang.
Anggap Biasa Burung Gagak
"Kalau ada burung seperti itu, orang-orang di sini menganggap sebagai tanda akan datangnya sebuah musibah," kata Ramlah yang ditemui di rumahnya, Dusun Pare' Balang, Selasa (23/7/2019).
Tapi pada saat itu, lanjut Ramlah, mereka sekeluarga tidak mengambil peduli dengan keberadaaan burung-burung gagak tersebut.
Mereka tak berpikir soal kata orang jika datangnya burung-burung tersebut sebagai sebuah pertanda akan datangnya musibah.
Hingga keesokan harinya, Daeng Labbang mengajak Radit, Akbar, dan Farhan ke sungai sedalam sekitar 3 meter itu untuk mencari ikan.
Ramlah menceritakan, saat turun ke sungai, Dg Labbang menggendong Farhan di pundaknya, memegang Akbar pakai tangan kanan dan Radit di tangan kiri.
Saat berjalan menuruni sungai, Dg Labbang dan ketiga cucunya diduga kehilangan keseimbangan lalu terpeleset kemudian tercebur.
Kondisi Sungai Kalongkong, memang ada yang dalam dan diduga, Dg Labbang maupun ketiga cucunya tak bisa berenang.
Untunglah, Farhan yang berada di pundak kakeknya masih sempat melompat ke tepi dan memegang rumput lalu diselamatkan warga yang melihatnya.
Ramlah mengatakan, mereka menerima dengan ikhlas kejadian ini dan menganggapnya sebagai sebuah musibah.
Dg Labbang dan kedua cucunya telah dimakamkan di Pekuburan Pare' Balang, sekitar 200 meter dari kediamannya, Senin (22/7/2019) lalu.
Menurut Ramlah, sehari-hari, ayahnya bekerja sebagai pengrajin batu bata.
Kepada Tribun, Ramlah menuturkan kalau ayahnya Dg Labbang sudah 16 tahun menduda dan memiliki tiga anak.