Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kualitas Udara di Sumbar Akibat Karhutla Masuk Level Berbahaya, 8 Kabupaten/Kota Liburkan Sekolah

Delapan pemerintah kabupaten dan kota pun memutuskan untuk meliburkan siswanya, pada Senin (23/9/2019)

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Kualitas Udara di Sumbar Akibat Karhutla Masuk Level Berbahaya, 8 Kabupaten/Kota Liburkan Sekolah
Tribun Pontianak/Anesh Viduka
Kawasan Jalan Gajahmada, Kota Pontianak, yang?diselimuti kabut?asap?tebal akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di sejumlah wilayah di Kalimantan Barat, Jumat (20/9/2019). Tribun Pontianak/Anesh Viduka 

TRIBUNNEWS.COM, PADANG - Asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang berdampak sampai ke Sumatera Barat memasuki level berbahaya.

Delapan pemerintah kabupaten dan kota pun memutuskan untuk meliburkan  siswanya, pada Senin (23/9/2019).

Baca: Kisah Tim Satgas Darat Karhutla, Digaji Rp 750 Ribu Per Bulan, Pekerjaan Berjibaku Memadamkan Api

Sebelumnya, hanya tiga daerah yang terlebih dahulu meliburkan siswa yaitu Kabupaten Dharmasraya, Kota Sawahlunto, dan Kabupaten Sijunjung.

Kemudian, hari ini lima daerah juga meliburkan siswa yaitu Kabupaten Agam, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok dan Kota Bukittinggi.

"Kondisi udara kian memburuk karena kabut asap. Untuk itu, kita mengambil kebijakan meliburkan siswa," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Agam Isra dalam keterangannya kepada Kompas.com, Senin (23/9/2019).

Menurut Isra, sampai kapan siswa diliburkan masih tentatif. Hal itu sangat tergantung kepada kondisi udara.

"Jika sudah membaik kondisi udara, libur otomatis kita cabut. Jika masih belum tentu libur diteruskan," katanya.

BERITA TERKAIT

Dengan sudah ada 8 daerah yang meliburkan siswanya maka masih ada 11 daerah yang masih belum yaitu Padang, Padang Pariaman, Kota Pariaman, Padang Panjang, Kota Solok.

Kemudian, Payakumbuh, Limapuluh Kota, Pasaman, Pasaman Barat, Pesisir Selatan dan Mentawai.

Sebelumnya diberitakan, kondisi udara di Sumatera Barat sudah memasuki level berbahaya pada Senin (23/9/2019).

Berdasarkan hasil pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang, Sumbar, tercatat konsentrasi polusi partikulat (pm10) sudah berada di level berbahaya.

Pada pukul 09.00 WIB tercatat pm10 mencapai 458 mikrogram/m3.

Kemudian pada pukul 10.00 WIB naik menjadi 487 mikrogram/m3. Angka tersebut berada level berbahaya.

Sementara konsentrasi polutan partikulat yang dibolehkan berada di udara ambien yaitu 150 mikro gram/m3.

Penulis : Kontributor Padang, Perdana Putra

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Kualitas Udara Berbahaya, 8 Daerah di Sumbar Liburkan Sekolah

Banyak anak-anak terpapar asap

Warga berjalan di kawasan Alun-alun Kapuas, Kota Pontianak, dengan kondisi udara yang?diselimuti kabut?asap?tebal akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di sejumlah wilayah di Kalimantan Barat, Jumat (20/9/2019). Tribun Pontianak/Anesh Viduka
Warga berjalan di kawasan Alun-alun Kapuas, Kota Pontianak, dengan kondisi udara yang?diselimuti kabut?asap?tebal akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di sejumlah wilayah di Kalimantan Barat, Jumat (20/9/2019). Tribun Pontianak/Anesh Viduka (Tribun Pontianak/Anesh Viduka)

Pemerintahan Presiden Joko Widodo diharapkan bisa memberi perhatian lebih kepada korban terdampak kabut asap di Riau, khususnya anak-anak.

Alasannya, karena kondisi udara di wilayah tersebut sudah terlalu mengkhawatirkan. Apalagi, berdasarkan data Indeks Standard Pencemaran Udara (ISPU), polusi kabut asap di Pekanbaru berada pada status "tidak sehat".

Ketua Yayasan Anak Masa Depan Indonesia (AMDI), Clara Tampubolon meminta kepada pemerintah untuk serius menangani kesehatan bagi anak kecil, terutama balita.

"Jangan sampai kasus Elsa Pitaloka dan M Husein Saputra kembali terjadi," ungkap Clara saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Minggu (22/9/2019).

Baca: Diisukan Digugat Cerai Galih Ginanjar, Barbie Kumalasari Beberkan Ini: Kayak Anak Kecil

Baca: Prediksi Susunan Pemain Sevilla vs Real Madrid Liga Spanyol 2019, Menanti Kebangkitan Los Blancos

Baca: 10 Kelakuan Penumpang Pesawat Paling Dibenci Pramugari

Sebagaimana diketahui, Elsa (4 bulan) menghembuskan napas terakhirnya lantaran mengidap radang paru-paru dan radang selaput otak.

Ia juga terkena infeksi pernapasan akut akibat terpapar polusi asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Sedangkan Husein, adalah bayi berusia 28 hari yang meninggal usai menjalani perawatan di Rumah Sakit Muhammadiyah, Palembang, pada Selasa (6/10) lalu.

Husein menderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), karena diduga terpapar kabut asap di Palembang.

Clara mengungkap, masih banyak nama-nama anak kecil lainnya yang sedang menghadapi kondisi serupa.

Maka dari itu, pemerintah diharapkan bertindak cepat untuk membantu meringankan beban anak-anak kecil tersebut. Sebab tidak seharusnya mereka di usia yang begitu kecil, harus menghadapi dampak kabut asap.

Ditambah, anak kecil belum punya ketahanan tubuh layaknya orang dewasa.

"Sederet nama nama lain dari anak anak yang terkena gangguan kesehatan dan pernapasan akibat paparan asap kebakaran tentu masih banyak lagi. Pemerintah harus memberikan perhatian khusus pada mereka. Karena anak anak masih belum memiliki ketahanan tubuh seperti orang dewasa," ungkap dia.

AMDI bukan tanpa tindakan. Clara menjelaskan pihaknya telah menerjunkan tim untuk membantu anak-anak yang terpapar asap karhutla. Pemberian bantuan kesehatan dari AMDI kepada warga di Riau, meliputi masker N95, nebulizer, hingga vitamin.

"AMDI tergerak untuk membantu dan meringankan beban saudara-saudara di Riau yang terdampak kabut asap," jelasnya.

Clara berharap, agar pihak-pihak lainnya bisa mengikuti jejak mereka untuk ikut berpartisipasi.

Bantuan donasi bisa diberikan lewat rekening Bank Mandiri AMDI di 1220007778619.

Tersisa satu hari lagi bagi donatur yang mau berdonasi, karena batas akhir sumbangan hanya sampai tanggal 23 September 2019.

"Untuk transfer mohon untuk melakukan penambahan angka 1 di akhir jumlah sumbangan," pungkas dia.

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas