Siswa SMP Meninggal Setelah Dihukum Lari & Dijemur 15 Menit oleh Gurunya, Sang Ibu Terpukul
Julian bercerita saat pagi berangkat sekolah, keadaan anaknya baik-baik saja tanpa adanya sakit.
Editor: Hasanudin Aco
Sang ibu mengenang sosok Fanly, sang anak yang pendiam dan rajin ke sekolah.
Setiap pagi, suaminya yang mengantar sang anak pergi menuntut ilmu.
"Anak saya itu pendiam dan rajin ke sekolah. Ke sekolah ayahnya yang selalu antar. Dia juga tidak ada sakit," cerita Julian dengan mata berkaca-kaca.
Fanly adalah lulusan SD GMIM Kima Atas, Kecamatan Mapanget, Kota Manado.
Bocah 14 tahun ini lahir dan dibesarkan dari keluarga yang sederhana.
Sang ayah berprofesi sebagai petani, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.
Julian menceritakan saat dirinya mendengar kabar sang anak masuk rumah sakit.
Ia mengaku syok dan meminta pihak RS AURI memberikan pertolongan yang semaksimal mungkin kepada Fanly.
Namun kondisi Fanly yang sudah sangat kritis membuatnya harus dirujuk ke RS Kadou.
Tiba di rumah sakit, nyawa anak laki-laki Julian itu tak bisa diselamatkan.
Julian berharap kejadian ini tak terjadi lagi di sekolah lain dan meminta Dinas Pendidikan untuk lebih memberikan perhatian.
"Cukup anak saya yang mengalami kejadian seperti ini. Kepolisian agar mengusut tuntas kasus ini, agar pelaku bisa dihukum sesuai aturan," katanya.
Kata Kepala Sekolah SMP Kristen 46 Mapanget Barat
Mengetahui muridnya ada yang meninggal dunia karena kejadian tersebut, kepala sekolah SMP Kristen 46 Mapanget Barat, Selmi Ramber memberikan pernyataannya.
Kepada TribunManado.co.id, ia mengatakan memang ada sanksi bagi setiap siswa yang terlambat masuk sekolah.
"Setiap siswa ketika terlambat ada sanksi. Jadi pada pagi tadi Fanly terlambat ke sekolah, dan diberi sanksi oleh oknum guru," ujar Kepala Sekolah, Selasa (1/10/2019) saat ditemui di RSUP Kandou Manado.
• Sepatu Mewah Istri Baim Wong Rusak di Kereta, Nenek Iroh Suruh Ini Sampai Buat Paula Verhoeven Kaget