Makelar Ambulans di Bandung Sudah Membuat Resah Warga, Minta Jasa Rp 500 Ribu Hingga Jutaan
Ada makelar ambulans di Bandung menawarkan jasa ambulans dengan ongkos bikin 'melongo.'
Editor: Sugiyarto
Tribun mencoba menggali informasi mengenai uang jasa ambulans Rp 500 ribu tersebut dan mendapati fakta bahwa ternyata ada jaringan makelar ambulans berkedok relawan di beberapa rumah sakit di Bandung.
Makelar ini cukup terorganisasi. Ini terbukti dari jalinan komunikasi yang kuat di antara anggotanya.
Secara umum modus mereka adalah setiap mengetahui kecelakaan atau musibah dengan korban tewas, mereka mendatangi lokasi kejadian.
Kemudian mereka menawarkan ambulans untuk mengevakuasi korban atau menawarkan jasa pengawalan ambulans ke rumah duka atau ke rumah sakit terdekat.
Setelah tiba di rumah sakit atau rumah duka, mereka meminta uang jasa.
Mereka saling bertukar informasi kecelakaan atau musibah lainnya melalui media sosial dan grup WhatsApp.
"Mereka mengaku dari yayasan, tapi tidak tahu yayasan mana. Menawarkan ambulans untuk mengangkut jenazah. Mereka mematok Rp 500 ribu," ujar seorang anggota keluarga korban meninggal, sebut saja Melati (25).
Melati mengatakan, saat jenazah kerabatnya itu tiba di kamar jenazah rumah sakit, sejumlah relawan, dengan mengenakan jaket perusahaan ojek online ternama, menghampiri keluarga korban menawarkan jasa ambulans untuk mengantar jenazah ke rumah duka.
Ada sekitar empat orang yang menawarkan jasa ambulans jenazah.
"Saya relawan, kalau perlu ambulans, saya bisa kontak yayasan," ujar seorang dari mereka saat menawarkan diri.
Tribun menelusuri keberadaan makelar dan relawan ambulans tersebut ke sejumlah sopir ambulans forensik di RSHS Bandung.
"Mereka ini memang kerap berulah. Jika ada kejadian kecelakaan, korban meninggal di bawa ke sini. Mereka langsung memepet keluarga korban, menawarkan jasa pengawalan ambulans hingga menyediakan ambulans untuk mengantar jenazah ke rumah duka. Mereka mematok harga tertentu," ujar Joni (45), bukan nama sebenarnya, seorang petugas ambulans kamar forensik RSHS.
Menurut Joni, sopir ambulans forensik selalu berkoordinasi dengan polisi terkait evakuasi jenazah korban. Mereka selalu memegang prinsip pantang meminta uang pada keluarga korban.
Salman (40), petugas keamanan gedung forensik RSHS Bandung, membenarkan bahwa keberadaan relawan yang juga makelar ambulans ini kerap terlihat di RSHS.