Tragedi Bom di Medan, Pengamat Terorisme Nasir Abbas Duga Pelaku Termasuk Jaringan JAD
Pengamat terorisme Nasir Abbas menduga ledakan bom bunuh diri yang terjadi di Markas Polrestabes Medan, Rabu (13/11/2019) dilakukan oleh jaringan JAD.
Penulis: Isnaya Helmi Rahma
Editor: Fathul Amanah
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat terorisme Nasir Abbas menduga ledakan bom bunuh diri yang terjadi di Markas Polrestabes Medan pukul 08.45 WIB, Rabu (13/11/2019) dilakukan oleh jaringan JAD (Jamaah Ansharut Daulah).
Nasir menyebut tragedi bom di Medan merupakan aksi teror dengan melihat ciri-ciri dari kronologi kejadian tersebut.
"Pertama kami mengatakan itu aksi teror, ketika dia meledakan dirinya di keramaian itu sudah ciri-cirinya aksi teror," ujarnya di program Breaking News yang diunggah kanal YouTube metrotvnews (13/11/2019).
Meski hasil investigasi dari pihak kepolisian belum keluar, Nasir meyakini pelaku merupakan kelompok JAD.
Menurut Nasir hal ini dapat dilihat dari cara pelaksanaan dan sasaran yang dituju.
"Walaupun kita belum tahu pelakunya karena belum diinvestigasi oleh pihak kepolisian, tapi cara pelaksanaanya dan sasarannya bisa dikatakan ini adalah dari kelompok yang sama yang telah melakukan aksi sebelum-sebelumnya yaitu kelompok JAD," imbuhnya.
Nasir menilai kelompok JAD memiliki keyakinan untuk membuktikan amal mereka dengan wajib melakukan sesuatu terhadap aparat.
JAD merupakan kelompok militan Indonesia yang disebut-sebut memiliki kaitan dengan pengeboman yang terjadi di Surabaya pada 2018 lalu.
Idealis kelompok JAD yang penting berbuat sesuatu apapun yang bisa.
"Kalau kelompok JAD idealis mereka itu yang penting berbuat sesuatu apapun yang bisa, kalau punya bom pakai bom, kalo tidak punya bom pakai senjata api, tidak ada senjata api pakai senjata tajam bahkan pakai batu pun bisa, yang penting bisa melukai," ujar Nasir.
Nasir juga mengungkapkan terdapat tiga macam modus operasi.
Pertama adalah yang semuanya teroganisir, terpusat dan digerakan oleh pusat.
Kedua adalah disentralilasasi terkendali, walaupun sel-selnya banyak dan terpisah namun tetap dikendalikan oleh pusat.
Ketiga, disentralisasi tidak terkendali, banyak sel-selnya yang tidak dikendalikan oleh pimpinan sehingga mereka merasa harus melakukan sesuatu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.