Kisah Pak Guru di Pekalongan yang Jadi Badut Panggilan; Saya Hanya Ingin Menebar Ilmu dan Menghibur
"Saya tak ingin disebut pahlawan tanpa tanda jasa, saya hanya ingin memberi ilmu dan menghibur anak-anak,"
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, PEKALONGAN - "Saya tak ingin disebut pahlawan tanpa tanda jasa, saya hanya ingin memberi ilmu dan menghibur anak-anak," ucap Subroto Sutrisno (51) wali kelas 4 di SDN Kebulen 5 Kota Pekalongan.
Selain menjadi pengajar berstatus PNS, Sutrisno juga berprofesi sebagai badut panggilan.
Baginya menjadi guru dan badut penghibur tak semudah yang dibayangkan orang.
Namun ia juga harus menjadi bijaksana kala memberi ilmu kepada murid-muridnya di sekolah.
Baca: ASN atau PNS yang Masih Nyinyir Tulis Ujaran Kebencian di Medsos Akan Segera Ditindak
Usai mengajar di sekolah, lelaki kelahiran 7 Februari 1968 itu, bergegas menuju ke rumah mempersiapkan diri menghibur anak-anak.
Bedak, perona pipi dan pewarna bibir tak lupa ia goreskan ke wajahnya saat berdandan menjadi badut panggilan.
Sutrisno yang akrab disapa Mr Broto, merealisasikan kecintaan terhadap dunia anak dengan cara menghibur anak-anak lewat penampilannya.
Tak jarang Mr Broto tak mendapatkan bayaran, kala menghibur anak-anak dalam acara.
Meski demikian ia berujar tetap semangat, karena cita-citanya memberi ilmu dan bisa menghibur anak-anak.
"Sebelum jadi PNS saya sudah menjadi badut panggilan, kalau dihitung tahun, hampir 35 tahun lamanya," ujarnya, Selasa (26/11/2019).
Baca: 15 Tahun jadi Guru Honores K2, Iin Berharap bisa jadi PNS
Mr Broto yang tinggal di Jalan KH Mansyur, Bendan Gang 7 Nomor 59 Pekalongan Barat itu, bisa dikatakan badut pertama yang ada di Kota Batik.
"Setahu saya, saya yang pertama di Kota Pekalongan, bahkan yang ikut saya kini membuka layanan badut panggilan sendiri," ucapnya.
"Hasil dari badut panggilan bagi saya nomor sekian, yang paling utama bisa menghibur anak-anak.
Tak jarang juga saya diundang untuk menghibur keluarga kurang mampu.
Baca: Potret Pilu di Hari Guru Nasional, Penghasilan Rendah Rp 85 Ribu hingga Saat Malam Rela Jadi Hantu
Memang sengaja saya datang dan tidak meminta bayaran," paparnya.
Dituturkannya, sekitar 11 kali ia dipanggil dalam acara untuk menghibur anak-anak setiap bulannya.
"Kalau sedang beruntung setiap kali menghibur bisa dapat Rp 300 ribu.
Tapi saya tidak pernah mematok tarif.
Anak-anak dan keluarga juga mendukung cita-cita saya untuk terus menghibur anak-anak," tambahnya. (bud)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Kisah Mr Broto Jadi Guru dan Badut Panggilan, Tak Ingin Disebut Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, https://jateng.tribunnews.com/2019/11/26/kisah-mr-broto-jadi-guru-dan-badut-panggilan-tak-ingin-disebut-pahlawan-tanpa-tanda-jasa?page=2.