Mahasiswa UIN Asal Imogiri Tewas Terperosok ke Sumur Saat Jadi Imam Salat, Begini Fakta-Faktanya
Korban yang merupakan mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, terperosok saat menjadi imam salat isya
Editor: Eko Sutriyanto
"Saya itu tidak bisa berenang, tetapi karena niate (ingin) menolong. Kepikiran cuma satu pakai selang air tak tarik, lalu saya turun. Korban sudah tidak kelihatan," katanya ditemui Kompas.com di rumahnya, Dusun Nogosari, Desa Selopamioro, yang tak jauh dari pesantren Minggu (1/12/2019).
"Posisi saya sudah menyentuh (korban) (bagian) seperti kain gitu, saya kedinginan, sudah sesak nafas. Masnya (teman korban) turun dan mengangkat (korban)," tambahnya.
3. Kondisi mushala dan sumur
Sumur di pesantren Ilmu Giri dibangun sekitar medio sebelum gempa Yogyakarta 2006, seingat dia sekitar tahun 2005.
Lalu, untuk mushala, baru dibangun sekitar 2,5 tahun lalu.
"Bangunan masjid (mushala) dibangun sekitar kurang lebih 2 tahun atau 2,5 tahun lalu," ucapnya.
Mushala tersebut sering digunakan untuk kegiatan masyarakat, meski tidak setiap hari.
Kegiatan rutin yakni Mujahadah pada Selasa Pon.
Lalu, saat ditanyak terkait kondisi lantai dari bambu yang diduga rapuh, Wardoyo menjelaskan, beberapa hari sebelumnya masih bisa digunakan.
Bahkan, saat siang hari dirinya membersihkan lokasi tersebut, Wardoyo tidak menemukan sesutau yang mencurigakan di lantai tersebut.
"Beberapa minggu yang lalu ada yang memakai tidak ada kendala. Saya kesana paginya sebelum kejadian itu, di tempat yang ambrol itu tidak ada kecurigaan (tanda) rusak," ucapnya.
4. Korban telah diserahkan ke keluarga
Berdasar hasil visum, korban menderita luka lebam di wajah. Jenazah sudah diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan.
"Murni (Kecelakaan), sudah ada visum dan penyelidikan dari Inafis Polres Bantul," kata Anton.
Seperti diketahui, lokasi pesantren terletak di lereng pegunungan, perbatasan Kabupaten Bantul dan Gunungkidul.
Sementara di mimbar imam ditutup triplek, dan di bawahnya terdapat sumur yang ditutup kayu. Musala berukuran sekitar 7x7 meter ini berbentuk panggung.
Lantainya terbuat bambu. (Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono)