Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ganjar Tolak Pemulangan WNI Eks ISIS, Pengamat: Sangat Masuk Akal

Penolakan terhadap rencana pemulangan WNI eks ISIS ke tanah air yang diminta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dinilai masuk akal.

Editor: Content Writer
zoom-in Ganjar Tolak Pemulangan WNI Eks ISIS, Pengamat: Sangat Masuk Akal
Pemprov Jateng
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tolak pemulangan 600 WNI eks ISIS. 

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Penolakan terhadap rencana pemulangan WNI eks ISIS ke tanah air yang diminta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dinilai masuk akal.

Sebab, saat ini Indonesia sedang gencar memerangi radikalisme dan terorisme.

Pengamat Radikalisme dan Terorisme UIN Walisongo, Semarang Najahan Musyafak, mengatakan pemerintah sebaiknya melakukan kajian secara komprehensif terkait rencana tersebut. Harus dipikirkan terlebih dahulu dampak secara hukum, sosial, agama terutama keamanan.

"Pernyataan pak Ganjar selaku pimpinan di Jawa Tengah sangat masuk akal. Sebab, di Jateng saat ini sudah cukup banyak kombatan dan kelompok radikal yang terafiliasi dengan ISIS. Selama ini, untuk mengurusi mereka saja sudah kesulitan, kalau ditambah eks ISIS yang kembali ke Indonesia, tentu semakin berat," kata Najahan saat dikonfirmasi, Sabtu (8/2/2020).

Apalagi, lanjut dia, para eks ISIS yang akan dipulangkan itu tidak hanya di Jakarta. Mereka berasal dari berbagai daerah termasuk Jawa Tengah.

Baca: Soal Pemulangan WNI Eks ISIS: Ganjar Menolak, Ridwan Kamil Siap Menerima, hingga Tanggapan BNPT

Baca: Atta Halilintar Tanya Soal Maju di Pilpres 2024, Ganjar Pranowo Ngaku Gak Usah GR

"Kalau nanti ada apa-apa, yang kena imbasnya kan ya Pemprov Jateng. Ini yang harus dikaji secara matang. Sementara ini, program deradikalisasi di Jawa Tengah saja sudah kesulitan, kalau mereka kembali, siapa yang akan menangani," ujar Najahan.

Lebih lanjut Najahan mengatakan, wacana pemulangan eks ISIS ke Indonesia lanjut dia sangat kontradiksi dengan semangat memerangi gerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, WNI eks ISIS sudah jelas lagi terpapar, bukan hanya terindikasi.

"Mereka sudah jelas bergabung dengan kelompok ISIS kemudian mau diterima kembali ke Indonesia. Ini kan aneh dan sangat kontradiksi dengan semangat yang ada. Wajar kalau masyarakat banyak yang menolak," tegasnya.

Menurut Najahan, persoalan tidak akan selesai setelah 600 eks ISIS itu dipulangkan ke Indonesia. Upaya pemurnian idiologi dan kembali pada NKRI bukan perkara mudah dan butuh energi, waktu dan biaya. Alasannya, persoalan radikalisme dan terorisme itu menyangkut multifaktor, multiaktor dan dibutuhkan keseriusan.

Dirinya mencontohkan, saat ini ia sedang menangani satu kasus dimana satu keluarga hendak berangkat ke Suriah untuk menjadi anggota ISIS. Mereka yang baru tertarik berangkat, kemudian tertangkap dan sudah dipenjara selama empat tahun.

"Selama empat tahun itu saya mendampingi, itu saja sampai sekarang mereka masih memiliki idiologi ISIS. Itu contoh orang yang baru ingin berangkat, bagaimana dengan mereka yang sudah jelas bergabung di sana (Suriah), tentu lebih sulit," terangnya.

Baca: Mantan Teroris Sofyan Tsauri Ungkap Nasib Rekannya Eks ISIS yang Masih di Suriah: Kondisi Mencekam

Baca: Mantan Kepala BIN Sutiyoso Angkat Bicara soal Kepulangan WNI Eks ISIS: Yang Pulang Kita Biarkan Saja

Untuk itu, Najahan meminta agar wacana pengembalian eks ISIS ke Indonesia dikaji secara komprehensif. Apabila belum ada argumen yang pasti, pemerintah tidak boleh mengeluarkan wacana yang dapat meresahkan masyarakat.

Sebelumnya diberitakan, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dengan tegas menolak rencana pemulangan eks ISIS ke Indonesia. Menurut dia, rencana pemulangan eks ISIS itu perlu dipertimbangkan matang-matang.

"Meski ada warga Jateng yang juga terafiliasi dengan ISIS di luar negeri, namun saya tidak mengharapkan mereka kembali. Yang saya tunggu kembali ke tanah air itu WNI asal Jateng yang sukses di luar negeri. Bukan mereka (anggota ISIS)," kata Ganjar.

Menurut dia, Jawa Tengah selama ini sedang berupaya melakukan deradikalisasi kepada mereka yang terpapar paham radikalisme, khususnya manan narapidana kasus terorisme. Selama ini, ia selalu intens berkominikasi dengan para eks narapidana terorisme di Jawa Tengah yang jumlahnya cukup banyak.

"Dari cerita eks napiter itu, mereka mengatakan betapa bahayanya para eks teroris itu, apalagi kalau tidak ada pembinaan. Makanya kami ngurusi yang sudah ada saja, kami bina mereka. Itu saja sekarang butuh energi banyak, apalagi kalau ketambahan mereka," tegasnya. (BJN*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas