Demam Berdarah Telah Renggut 15 Nyawa di Jatim Selama 2020
Sedangkan di tahun 2019 lalu, tercatat ada sebanyak 18.393 kasus di Jawa Timur dengan 185 kasus yang berujung pada kematian
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Fatimatuz Zahroh
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Meski World Health Organization telah menetapkan virus corona covid-19 sebagai pandemi global, namun Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyebut bahwa ada hal yang harus lebih diantisipasi oleh warga Jatim yaitu ancaman virus dengeu atau Demam Berdarah Dengue (DBD).
Menurut gubernur perempuan pertama Jawa Timur ini, DBD memiliki kerawanan yang tak kalah berbahaya dibandingkan dengan covid-19.
Terutama lantaran saat ini sudah ada lebih dari 16.000 kasus DBD secara nasional, dengan 100 lebih diantaranya meninggal dunia.
“Jangan sampai masyarakat hanya terfokus pada isu corona. Sementara DBD yang juga sangat berbahaya malahan dianggap sepele,” ungkap Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis (12/3/2020).
Khofifah menerangkan, hingga bulan Maret Tahun 2020 ini di Jawa Timur sendiri sudah ada sekitar 1.766 kasus, dimana 15 kasus di antaranya meninggal dunia.
Sedangkan di tahun 2019 lalu, tercatat ada sebanyak 18.393 kasus di Jawa Timur dengan 185 kasus yang berujung pada kematian.
Baca: Fakta Lengkap Tom Hanks dan Istri Terjangkit Virus Corona, Demam, Diisolasi Hingga Kondisi Terkini
Baca: Chandra Tewas Ditusuk Tetangga, Awal Kejadian Dipicu dari Perkelahian Anak-anak Mereka
Baca: Jawa Tengah Kini Punya 13 Rumah Sakit Rujukan untuk Pasien Corona
Pemprov Jawa Timur melalui Dinas Kesehatan telah melakukan sejumlah upaya pencegahan agar kasus DBD tak bertambah.
Di antaranya melakukan sosialisasi gerakan masyarakat hidup bersih dan sehat (PHBS) , optimalisasi juru pemantau jentik (Jumantik), pembagian bubuk abate, dan lain sebagainya.
“DBD adalah bahaya laten yang mengancam setiap musim pancaroba hingga musim penghujan,” tuturnya.
Khofifah mengatakan, potensi DBD masih sangat besar mengingat curah hujan saat ini masih cukup tinggi.
Untuk itu, Khofifah meminta masyarakat untuk menjaga kebersihan dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serentak dengan cara menguras, menutup dan menyingkirkan atau mendaur ulang barang bekas (3M) barang-barang ini dapat menyisakan genangan tempat nyamuk berkembang plus menghindari gigitan nyamuk dengan lotion anti nyamuk, pemakaian kelambu, memasang kawat kasa dan lain-lain.
Baca: Guru Pondok Pesantren Tega Cabuli Santrinya yang Masih di Bawah Umur, Ancam Disundut Obat Nyamuk
Baca: Kabar Duka, Mantan Pelatih Persija dan PSIM Jogja Tutup Usia
Baca: Bocah SMP Berusia 12 Tahun Nekat Lakukan Rekayasa Penculikan, Alasannya Sangat Sepele
“Butuh kepedulian bersama. Selain rumah, tempat lain yang juga harus dijaga kebersihannya adalah sekolah, tempat kerja, tempat ibadah dan tempat-tempat umum Fogging (pengasapan-red) hanya membunuh nyamuk-nyamuk dewasa, tapi tidak jentik-jentik nyamuknya,” imbuhnya.
Fogging tidak menjadi alternatif pilihan kecuali ada minimal 3 penderita DBD, dan angka bebas jentik (ABJ) < 95 persen.