Demam Berdarah Telah Renggut 15 Nyawa di Jatim Selama 2020
Sedangkan di tahun 2019 lalu, tercatat ada sebanyak 18.393 kasus di Jawa Timur dengan 185 kasus yang berujung pada kematian
Editor: Eko Sutriyanto
Bila tidak memenuhi syarat tersebut, cukup melakukan penyuluhan pada warga dan PSN serentak di wilayah tersebut.
Fasyankes di Jawa Timur yang terdiri dari 968 Puskesmas, melaksanakan kegiatan promotif dan preventif dengan menggerakkan masyarakat dalam PSN serentak dengan 3M plus. Selain itu sebanyak 385 Rumah Sakit siap dalam memberikan pelayanan pada setiap penderita DBD.
Gubernur Khofifah mengimbau pada masyarakat untuk melakukan PSN serentak seminggu sekali secara rutin, bermutu dan berkesinambungan, segera datang ke Puskesmas atau rumah sakit bila ada keluhan panas lebih dari 3 hari dan badan lemas, supaya tidak terlambat dalam penanganan.
Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, DBD berpotensi menjadi wabah.
"DBD itu penyakit yang berpotensi menjadi wabah dan kejadian luar biasa (KLB) dikarenakan kecepatan penularannya. Jadi mengapa tiba-tiba (jumlah) kasus tiba-tiba melonjak jadi tinggi sebab ini karena proses penularan tetap terjadi," ujar Siti di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (11/3/2020).
Kemenkes mencatat selama 2020 setidaknya104 orang meninggal dunia akibat demam berdarah.
Kondisi iklim tropis di Indonesia dan keberadaan nyamuk aedes aegypti disebut menjadi pemicu penularan DBD.
"Individu butuh waktu 5-7 hari setelah tergigit nyamuk aedes aegypti, lalu baru muncul gejala klinis DBD, tetapi bisa jadi orang tidak merasakan gejala klinis, padahal dia sudah positif tertular DBS," ungkapnya seperti dilansir Kompas.com.
Siti juga mengungkapkan jika sebuah daerah banyak nyamukmya, maka risiko penularan lebih cepat terjadi.
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul DBD Sudah Renggut 15 Nyawa di Jatim Hingga Maret Ini, Khofifah : DBD Tak Kalah Bahaya dari Corona