Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Berusia 100 Tahun, Nenek Wartino Masih Semangat Bersholawat dari Atas Pembaringan Balainya

Nenek Wartino dengan kondisi lemah masih mengisi hari-harinya di pembaringan balai dengan bersholawat bahkan masih bisa menghafal Alquran semasa sehat

Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Berusia 100 Tahun, Nenek Wartino Masih Semangat Bersholawat dari Atas Pembaringan Balainya
Tribuners/Marteen Ronaldo Pakpahan
Wartino, nenek berusia 100 tahun terbaring lemah di balai beralas kasur di sebuah bangunan semi permanen di kawasan kumuh Kampung TN Cengkok, Kelurahan Margaluyu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, Selasa (15/9/2020). 

TRIBUNNEWS.COM, KOTA SERANG - Wartino (100) tampak terbaring lemah akibat sakit di pembaringan sebuah balai.

Ia tinggal di sebuah bangunan semi permanen di kawasan kumuh Kampung BTN Cengkok, Kelurahan Margaluyu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten.

Tribunbanten.com mengunjungi Wartino pada Selasa (15/9/2020).

Badannya tampak kurus, kedua tangan dan kakinya tak berisi.

Terkulai tak berdaya di atas balai.

Rambutnya memutih, matanya sayup dan tatapan nya kosong.

Di samping tempatnya terbaring terdapat sebuah ember berisi air dan gayung.

Berita Rekomendasi

Nenek asal Indramayu itu tinggal bersama cucunya, Masrifah (49).

rumah nenek di serang
Tempat tinggal Wartino, nenek usia 100 tahun, di kawasan kumuh Kampung TN Cengkok, Kelurahan Margaluyu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, Selasa (15/9/2020).

Untuk membuang air besar dan air kecil, terpaksa harus ia lakukan di dalam kamar dengan dibantu cucunya.

Tak ada ventilasi udara di kamar yang ditempati nenek Wartino.

Dengan tubuh lemahnya, Nenek Wartino hanya terbaring dengan wajah terus mengarah ke bagian atap.

Dinding batu bata tanpa plester menjadi pembatas dan atap genteng yang sudah mulai mengelupas, menjadi teman Nenek Wartino sehari-hari.

Lantai rumah hanya beralaskan semen.

Di area ruang tamu tampak sedikit barang, seperti kipas yang telah diselimuti debu serta sebuah lampu bohlam sebagai penerang kala malam hari datang.

Di sekeliling tempat tinggal Nenek Wartino terdapat sebuah empang dengan tumpukan perobotan rumah yang sudah rusak.

Bagian kamar mandi tampak tanpa menutup.

Hanya tirai kain sebagai penghalang.

Baca: Tak Mau Menikahi, Pria di Serang Racuni Pacarnya yang Hamil hingga Tewas, Nyaris Ditenggelamkan

Baca: Kepala Satpol PP Kota Serang Push Up di Depan Wakil Wali Kota, Ternyata Pernah Janji Hal Ini

Tempat tinggal Wartino menghadap muara dengan sejumlah kapal nelayan yang biasa mencari ikan ke laut.

Nenek Wartino hidup bersama sang cucu kedua, Masrifah.  

Masrifah menceritakan, sang nenek semula tinggal di Indramayu Jawa Barat.

Namun, Nenek Wartino terpaksa dibawa ke Serang lantaran tidak ada lagi keluarga yang menjaganya di sana.

Hidup Masrifah di Kota Serang terbilang serba kekurangan.

Ia merantau dan tinggal di Kampung BTN Cengkok sejak tahun 1996.

Tanah yang ditempati untuk membangun tempat tinggalnya merupakan tanah milik negara, tepatnya milik Dinas Pekerjaan Umum dan Badan Tanah Nasional.

Masrifah mengatakan anak dari Wartino sudah meninggal sejak lama.

Ia menceritakan, Nenek Wartino dengan kondisi lemah masih mengisi hari-harinya di pembaringan balai dengan bersholawat.

Bahkan, Nenek Wartino masih bisa menghafal Alquran semasa sehat.

Namun, kondisi sang nenek semakin renta dan terbaring di balai.

Sudah empat hari, Nenek Wartino terbaring lemah di kasur.

Musrifah mengaku tak dapat membawa sang nenek ke rumah sakit karena tidak memiliki uang.

Sementara, suaminya hanya seorang nelayan dengan penghasilan tidak menentu.

Artikel ini telah tayang di Tribunbanten.com dengan judul Kisah Nenek Wartino Berusia 100 Tahun, Bersholawat dan Hafal Alquran di Tengah Hidup Keprihatinan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas