Rencana Pembangunan Jalan Tol Solo-Jogja -YIA Terkendala Pembebasan Lahan di Desa Mlangi Sleman
Desa Mlangi Sleman memang termasuk kawasan wisata religi, oleh karena itu beberapa warga mempertahankan keberadaan situs budaya di tempat
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Saat ini kendala pembebasan lahan di Desa Mlangi, Kelurahan Nogotirto, Kecamatan Gamping, Sleman masih menjadi persoalan pada rencana pembangunan Jalan Tol Solo-Jogja Hingga Yogyakarta International Airport
Sejumlah pihak belum cukup terpuaskan atas trase tol yang sebelumnya dinilai kurang memperhatikan bangunan cagar budaya Masjid Pathok Negoro di Desa itu.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja (Satker) Pelaksana Jalur Bebas Hambatan (PJBH) Kementerian PUPR Totok Wijayanto mengatakan, terdapat beberapa kelompok yang masih belum setuju apabila trase tol yang telah didesain oleh tim pelaksana dilanjutkan ke tahap pembangunan.
Totok sampai saat ini masih mencari solusi terbaik dalam menentukan trase tol Yogyakarta-Bandara YIA tersebut dengan harapan tidak ada pihak yang merasa keberatan.
"Belum, sampai saat ini kami masih mengacu pada trase yang dibahas oleh Kantor Staf Kepresidenan (KSP)," Katanya, kepada Tribunjogja.com, Jumat (26/3/2021)
Ia menambahkan, protes penolakan tersebut muncul dari beberapa kalangan mulai dari yayasan salah satu pondok pesantren hingga pihak individu.
Rencananya trase Jalan Tol Solo-Jogja Hingga Yogyakarta International Airport nantinya akan melintasi dua provinsi, yakni trase yang terletak di DIY sepanjang 60,93 Kilometer dan trase yang terletak di Jawa Tengah sepanjang 35,64 Kilometer.
Baca juga: Fungsi Bandara Kertajati akan Optimal Setelah Tol Cisumdawu Rampung 2021
Dalam pembangunannya Jalan Tol Solo-Jogja Hingga Yogyakarta International Airportterbagi atas tiga seksi yaitu
1. Seksi Kartasura-Purwomartani Sleman (42,37 km)
2. Seksi Purwomartani Sleman-Gamping Sleman (23,42 km) dan
3. Seksi tiga Gamping Sleman-Purworejo Jawa Tengah (30,77 km).
Totok menjelaskan, Desa Mlangi memang termasuk kawasan wisata religi, oleh karena itu beberapa warga mempertahankan keberadaan situs budaya di tempat tersebut.
"Dibilang wisata religi, ya iya. Cuma masalahnya tidak ada lahan terbaik lagi. Karena Jogja ini harus masuk kota tolnya. Kalau di luar Jogja trasenya masih bisa ditekuk-tekuk," jelas Totok.
Masih kata Totok, belum adanya kesepakatan trase jalan tol kali ini membuat proses pengerjaan menjadi terhambat.