Eri Cahyadi, Bu Risma adalah Guru Saya (2-Habis)
Walikota Surabaya Eri Cahyadi selalu menghormati guru dan para pemimpin pendahulunya, termasuk pada Bu Risma.
Editor: cecep burdansyah
Olahraga rutin. Di lapangan dengan ketemu rakyat, juga bisa olahraga. Dzikir juga diperkuat. Terutama saat blusukan. Dengan menjaga prokes. Kita pasrahkan dengan tetap berikhtiar menjalankan prokes.
Terkait program vaksinasi, bagaimana progresnya?
Surabaya termasuk yang cepat. Sehingga, mengangkat Jatim menjadi daerah dengan vaksinasi tercepat di Indonesia. Memang, ada saja yang tidak mau divaksin. Misalnya, ada yang takut tambah sakit, sampai ada yang tensi naik setiap mau suntik. Ini PR bagi kami.
Menurut hitungan Anda, kapan kira-kira pandemi berakhir?
Kita tidak pernah ada yang tahu kapan berhentinya. Gusti Allah yang tahu. Kita harus bersahabat. Artinya, ekonomi harus tetap jalan, sosial harus tetap jalan tapi angka penularan harus ditekan.
Ekonomi harus bergerak di masa pandemi. Pemasaran UMKM secara online. Sebab, pemasaran tak bisa dengan offline. RHU (Rumah Hiburan Umum) kita buka, tapi prokes kita kencangi.
Yang bisa menjaga, bukan pemerintah, tapi warga. Sehingga, ketika ada relaksasi ekonomi, jadi dua mata pisau tajam. Kalau kita tak menggerakkan ekonomi, mati kita. Tapi kalau kita hanya mengejar ekonomi, Covid bisa naik. Sehingga, harus berjalan beriringan. Buka namun dengan prokes.
Misalnya, di bioskop. Pengunjung mall langsung naik 30 persen. Namun, kami sampaikan ke pengelola, jangan sampai kepercayaan ini disia-siakan. Jangan sampai angka Covid naik. Ternyata, ini dijaga benar ketika kepercayaan ini diberikan.
Surabaya dikenal berhasil di bawah kepemimpinan Wali Kota Surabaya sebelumnya, Tri Rismaharini. Bagaimana cara Anda melepas bayangan dari Bu Risma? Atau justru Anda tidak berusaha lepas?
Setiap pemimpin mempunyai karakter yang berbeda. Apa yang terbaik dari pemimpin yang lama, kita teruskan. Sehingga, kami memiliki jargon 'Meneruskan Kebaikan'.
Saat mengaji mulai kecil diajarkan untuk berterimakasih kepada pemimpin sebelumnya. Artinya, kalau ada kebaikan maka harus diteruskan.
Dalam meneruskan, saya tidak dengan karakter yang sama. Misalnya, pelayanan BPJS kepada seluruh warga. Pelatihan teknologi kepada RT sehingga pelayanan cukup datang ke RT.
Juga membawa HT seperti Bu Risma?
Saya tidak dengan HT, sebab lokasi HT bisa dideteksi. Saya memilih menggunakan HP. Sebagai contoh, suatu saat saya datang dari Jakarta, saya lihat jalan Ahmad Yani kotor. Ini bukan daun baru, tapi daun lama, artinya lama nggak disapu.