Anak Korban NII di Garut Konsisten Tak Sebut Siapa yang Pengaruhi Mereka
Mu menjelaskan sikap anak berubah terutama soal pandangan masa depan yakni enggan bersekolah dan memilih untuk putus sekolah
Editor: Eko Sutriyanto
"Hasil dari musyawarah tersebut yaitu anak tersebut islah dan kembali kepada orang tuanya, ketika kami tanya dari mana asal dan siapa yang mengajaknya, anak itu tidak mengakui," ujar Lurah Sukamentri, Suherman saat dihubungi Tribunjabar.id, Sabtu (9/10/2021).
Suherman mengatakan pihaknya telah mencoba membujuk hingga mendesak anak tersebut untuk terbuka namun
tidak mengaku siapa orang yang telah membaiat dirinya.
"Di desak sama semua orang juga tetap tidak mengakui. jawabannya hasil dari kajian dirinya dari hasil pengalaman dirinya, begitu," ucapnya.
Saat ini puluhan anak yang terpapar paham NII di Garut sedang dalam pendampingan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia Daerah (KPAID) Tasikmalaya.
"Kita akan berkonsentrasi terhadap pemulihan kondisi psikis anak agar anak bisa menerima dulu kenyataan seperti ini, nanti jika anak sudah tenang maka kita akan mendapatkan apa yang kita ingin kan dalam proses penyembuhan lebih lanjut," ujar Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Tasikmalaya Ato Rinarno.
Dari 59 orang yang terpapar paham radikal NII, pihaknya masih mendata karena angka pasti anak-anak yang
terpapar belum diketahui.
"Kita dan semuanya akan turun ke lokasi untuk mendata dari yang 59 orang ini ada berapa anak dan ada berapa
dewasa," ungkapnya.(*)
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Setelah Dicuci Otak, Anak Korban NII di Garut Konsisten Tak Sebut Siapa yang Pengaruhi Mereka