Klitih Makin Brutal, Warga Yogya Minta Polisi Menindak Tegas
Kejahatan klitih di Yogyakarta seakan penyakit kamabutan. Warga sudah merasa resah dan tidak aman, dan meminta polisi menyelesaikan.
Editor: cecep burdansyah
"Jadinya mau keluar pada malam hari justru waswas," ujar Nova.
Kapolsek Umbulharjo, Kompol Achmad Setyo Budiantoro, belum mendapatkan laporan kejadian tersebut. Kendati demikian pihaknya segera melakukan pengawasan dan memperkuat patroli di wilayahnya.
"Tapi memang tidak bisa langsung menemukan terduga klitih. Yang jelas patroli tetap kami lakukan, apalagi menjelang malam tahun baru," ucap dia.
Aksi klitih terus berulang dari waktu ke waktu. Catatan redaksi, sejak tahun 2014 Tribun Jogja sudah mengangkat kasus ini sebagai tajuk utama pemberitaan. Beberapa kejadian pun acap menelan korban jiwa maupun luka berat.
Seperti yang terjadi pada seorang karyawan swasta bernama Agung, sekitar setahun lalu di barat Jalan Layang Jombor.
Sepulangnya kerja sekitar pukul 03.00, tanpa sebab dia diserang belasan orang menggunakan senjata tajam. Sekujur tubuhnya luka bacok, bahkan sampai harus menderita infeksi di satu bagian organ dalamnnya. Namun, hingga kini tak diketahui siapa pelakunya.
Kata klitih menjadi salah satu yang trending di Twitter pada Selasa (28/12) kemarin. Banyak warganet menyuarakan keresahannya mengenai fenomena kekerasan tanpa motif jelas yang akhir-akhir marak kembali. Tagar #YogyaTidakAman pun menggema.
Meresahkan
Teror klitih menjadi perhatian kepolisian, khususnya di Kota Yogyakarta pada pengujung tahun ini. Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Purwadi Wahyu Anggoro mengatakan, aksi teror yang dilakukan oleh orang tak dikenal Senin (27/12), tepatnya di sekitaran XT Square, Umbulharjo, meresahkan masyarakat.
Pihaknya kini membentuk pasukan untuk melakukan patroli skala besar, guna menghalau aksi kejahatan jalanan di wilayah hukum Kota Yogyakarta.
"Ya, patroli skala besar kami lakukan, untuk mengurangi kejahatan jalanan," katanya, Selasa (28/12). "Prioritas kami di perbatasan Kota Jogja-Sleman dan Jogja-Bantul," jelas Purwadi.
Dia mengakui, ada titik rawan yang kerap terjadi aksi klitih. Masyarakat harus waspada, sebab aksi ini kerap berpindah-pindah, tak ada pola tertentu yang menunjukkan klitih terjadi di tempat spesifik.
Nantinya patroli skala besar dilakukan dengan tim gabungan antara Polisi dan TNI untuk menyisir di wilayah perbatasan dan titik rawan terjadinya aksi kejahatan jalanan.
"Nanti bersama tim gabungan, kami gelar secara serentak,”pungkasnya. (hda)