Bertahan di Masa Pandemi, Petani asal Ngawi Ini Beberkan Kunci Suksesnya
Rizky Syahrirul Barokah, petani, menceritakan pengalaman mampu bertahan di masa pandemi Covid-19.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Malvyandie Haryadi
Untuk hasil panen, lanjut Rizky yang mencontohkan tanaman padi miliknya, untuk hasil awal diperkirakan panen akan menyusut dikarenakan tanah sudah rusak akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia sintetis sebelumnya.
"Maka perlu pembenahan tanah dahulu untuk mendapatkan hasil maksimal. hasil panen relatif sama dengan penggunaan pupuk kimia sintetis yang berlebih, banyak petani yang masih melebihi dosis pemakaian pupuk kimia sintetis. kondisi petani, selain memakai pupuk subsidi masih menambahkan dengan pupuk nonsubsidi," paparnya.
Selain itu, untuk produksi pupuk organik, kata Rizky, dirinya membuat pupuk organik sendiri baik padat maupun cair.
Pembuatan dengan fermentasi bahan-bahan organik di sekitar kita yang mudah didapatkan.
"Untuk pupuk organik bahannya bisa dari kotoran hewan, seresah daun, jerami dan sekam. Untuk pupuk organik cair bisa dari bonggol pisang, rebung, urine hewan dan lainnya. Pada intinya petani harus menjadi petani yang mandiri," tutup peraih Pemuda Pelopor Tingkat Nasional Tahun 2019 di Bidang Pangan tersebut.
Kementerian Pertanian di sisi lain terus mendorong penggunaan pupuk organik sebagai bagian utama dalam mengoptimalkan pertanian.
Melalui Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) petani akan lebih produktif dan meningkat pendapatannya.
“Manfaatkan fasilitas ini dengan baik untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan mendorong petani gunakan pupuk organik,” terang Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.