Kisah Astrid, Penari Ular dari Tabanan, Sanggup Menjinakkan Ular Sanca Buas dan King Cobra
Dalam sekali manggung, Astrid biasanya bersama dengan timnya, dua hingga tiga orang. Dan biasanya sekali show ia bisa mendapatkan Rp 2 juta.
Editor: cecep burdansyah
Menjadi penari ular bukanlah hal yang mudah. Selain harus berhadapan dengan reptil berbisa, penari ular juga dituntut dapat mengedukasi masyarakat terkait ular.
Hal tersebut sudah dilakoni Ni Putu Astridayanty atau yang akrab disapa Astrid sejak 2006. Ibu tiga anak tersebut mulai menceritakan kisahnya ketika menjadi seorang penari ular.
"Jadi biasanya saya hanya melakukan snake show dan sekaligus MC pada acara. Ya selama pandemi ini memang minus pendapatan dari snake show. Tidak seperti dulu," katanya kepada Tribun Bali, Sabtu (5/3).
Sebelum pandemi Covid-19 dalam waktu satu bulan, wanita asal Tabanan tersebut mendapatkan job hingga 8 show.
Namun saat ini, ada satu pertunjukan ular saja sudah sangat ia syukuri. Tentunya kondisi ini sangat jauh jika dibandingkan sebelum Covid-19 memorak-porandakan Indonesia, khususnya Bali.
"Sangat jauh sekali, apalagi pandemi ini tidak ada acara ramai-ramai. Tidak ada event besar setelah pandemi," tambahnya.
Dalam sekali manggung, Astrid biasanya bersama dengan timnya, dua hingga tiga orang. Dan biasanya sekali show ia bisa mendapatkan Rp 2 juta.
Namun tak jarang ada beberapa penyelenggara acara yang memang hanya memiliki bujet di bawah Rp 2 juta. Astrid pun tak mempermasalahkan hal tersebut.
Pekerjaan snake show ini ternyata hanya pekerjaan sampingan Astrid. Pekerjaan ini ia lakoni karena memang sejalan dengan hobinya.
Sementara itu pekerjaan tetap Astrid yakni sebagai pegawai di Kantor Penyuluh Bahasa Bali di bawah naungan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
Bukan langsung terbiasa, sama seperti kebanyakan orang, Astrid mengatakan ia juga awalnya takut memegang ular.
Bahkan wanita kelahiran Tembuku tersebut pernah dipatuk ular pada 2016. Namun hal tersebut tak menyurutkan atau membuatnya trauma berdekatan kembali dengan ular.
"Kalau takut sih sekarang tidak. Kalau dulu baru-baru pegang pertama masih deg-degan. Kalau sekarang sudah biasa. Mengapa ular? Karena di antara binatang lainnya, karakter ular paling unik dan dia memiliki insting paling kuat," imbuhnya.
Menurutnya, ular seperti memiliki inframerah dan sangat peka keadaan di sekitarnya. Seperti ketika seseorang mungkin sedang merasa ketakutan karena dekat dengan ular.
Jenis ular yang ia gunakan untuk tampil yakni ular sanca, baik yang jinak maupun yang tergolong buas, juga ular kobra dan king kobra. Dari yang tidak berbisa sampai berbisa.
Jika tema show-nya berupa edukasi, ia akan membawa semua ular yang ia miliki. Tak jarang ketika show berlangsung, ia juga menari dengan ular. Ia pun lebih sering show dengan melakukan edukasi karena masyarakat lebih antusias jika show diisi edukasi.
"Yang tidak mengenakkan biasanya para penonton ada yang suka ada yang tidak suka juga. Kadang dibilang sombong, karena memamerkan keahlian. Ya bagi yang tidak suka, saya santai saja. Berarti maksudnya dia memperhatikan kita," ceritanya.
Wanita kelahiran, 16 Agustus 1986 tersebut juga pernah terlibat dalam beberapa film yang tayang di bioskop. Peran yang didapatnya yakni selalu peran antagonis seperti dukun santet, leak, dan ratu alam gaib.
Selain itu ia dan teman-temannya juga melakukan rescue ular. Jika ada laporan dari warga, misalnya, menemukan ular, timnya akan membantu warga dan melakukan rescue. (ni putu wahyni sri utami)
Baca juga: Dua Keluarga Bertetangga Terlibat Perang Hingga Berdarah-darah