Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Siswa SMP di Semarang Sebarkan Video Tanpa Busana Siswi Kelas 1 SD Usai Keduanya Video Call

Kasus tersebut ditemukan oleh PPT Seruni setahun lalu namun kasus kekerasan seksual serupa, menurut Iis beberapa kali terjadi

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Siswa SMP di Semarang Sebarkan Video Tanpa Busana Siswi Kelas 1 SD Usai Keduanya Video Call
Youtube
Ilustrasi video asusila - Siswi kelas 1 SD di Semarang Jawa Tengah diajak video call oleh pelajar SMP dan memintanya menunjukan bagian sensitifnya 

Ada yang mengalami phobia, ada yang trauma menjadi depresi, ada juga yang bipolar. 

"Gangguan psikologis ini tidak hanya satu bentuk, tergantung bagaimana korban menghayati dari kejadian kekerasan seksual itu," tuturnya. 

Ia menyebut, hal yang paling berbahaya mereka terjerumus ke prostitusi. 

Lantaran merasa sudah tidak punya harga diri dan sudah tidak perawan, sehingga mereka kehilangan kepercayaan diri.

Dengan demikian, untuk mencegah kekerasan pada anak dan kekerasan seksual anak membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak. 

Tidak bisa hanya orang tua yang belajar tentang parenting, akan tetapi guru di sekolah tidak sepaham  tentu bisa menjadi masalah. 

Kemudian, orang tua dan guru sudah sepaham, sistem hukum tidak mendukung juga jadi masalah. 

Baca juga: Penjelasan Ahli, Bagaimana Menandai Kemungkinan Anak Jadi Korban Kekerasan Seksual

Berita Rekomendasi

"Jadi butuh sinergi dari berbagai pihak karena anak-anak adalah generasi bangsa ke depan, sehingga perlu pendidikan sejak dini," terangnya. 

Merujuk data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Semarang, dari bulan Januari hingga Maret 2022 ini korban kekerasan berdasarkan kelompok usia didominasi oleh usia anak-anak.

Dari total 42 kasus, ada 12 kasus kekerasan menimpa kelompok usia 6–12 tahun dan 15 kasus kekerasan menimpa kelompok usia 13–18 tahun.  

Berdasarkan pendidikan, dari total 42 kasus kekerasan, korban kekerasan mayoritas duduk di bangku SD dan SMP. Sebanyak 14 korban adalah siswa SD dan 9 korban adalah siswa SMP.
 
Menanggapi hal itu, Iis mengatakan, kasus kekerasan anak tidak hanya terjadi akhir-akhir ini. 

Kejadian seperti ini sudah sejak lama, tapi beberapa tahun terakhir semakin marak. 

Berbagai faktor menjadi pemicu terjadinya kekerasan pada anak, termasuk kekerasan seksual kepada anak. 

Beragam pemicu kekerasan itu dapat terjadi. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas