Pemandu Turis di Pulau Rinca Tak Lagi Panjat Pohon untuk Dapat Sinyal Telepon dan Buka Medsos
warga Pulau Komodo kini sudah tidak lagi kesulitan mendapatkan sinyal ponsel.membangun infrastruktur telekomunikasi di pedalaman tidak mudah
Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Sanusi
Pemerintah melalui BAKTI akan terus membangun infrastruktur BTS. Lalu bekerja sama dengan operaror seluler untuk penyediaan jaringan seluler, melalui satelit yang sangat komersial.
Pemerintah menargetkan pembangunan BTS di di 12.548 desa/kelurahan wilayah terdepan, terpencil dan tertinggal. Dari jumlah itu, sebanyak 3.435 BTS akan dibangun operator seluler di wilayah komersial, dan 9.113 BTS dibangun BAKTI Kominfo. “Kami targetkan 90 persen BTS akan terbangun sampai 2022, sehingga desa-desa terpencil pun terlayani telekomunikasi 4G,”ujar Johnny Plate.
Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) membangun BTS di Pulau Rinca sejak tiga tahun lalu. Menurut Direktur Utama BAKTI Kemkominfo Anang Latif (kanan), satu BTS didirikan di titik Desa Pasir Panjang. Dan satu lainnya di balik punggung bukit, untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas.
Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo dahulu dikenal dengan nama Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BPPPTI).
Menurut Anang, pembangunan infrastruktur di Pulau Rinca, untuk membuka akses telekomunikasi kepada warga dan wisawatan yang datang menikmati keindahan alam Labuan Bajo.
“Labuan Bajo, sangat menarik untuk wisatawan, tidak kalah dari Raja Ampat, di Papua,”kata Anang saat berada di lokasi BTS.
Pulau Rinca menjadi alternatif destinasi wisata untuk melihat dari dekat Komodo. Sebab, pemerintah sempat menaikkan tarif berkunjung ke Pulau Komodo, menjadi sebesar Rp 3,75 juta. Penaikan tarif ditunda hingga 1 Januari 2023.
Menurut Anang, Wilayau pulau-pulau seperti Labuan Bajo, sinyal telepon seperti lampu spotlite. Kadang remang-remang, kadang cahaya kuat. Kalau berada di belakang bukit, sinyal menjadi lemah.
“Di daerah yang banyak pulau, seperti Labuan Bajo, untuk membangun infrastruktur tower BTS, misalnya, pasti mahal. Belum lagi membangun butuh lahan. Lahan menjadi isu tersendiri. Belum lagi untuk pengadaan generator listrik,”ujar Anang.
Biaya membangun satu menara BTS berlikut pendukung sampai dapat beroperasi, membutuhkan alokasi biaya berksiar Rp 1,5 miliar sampai Rp 3,5 miliar.
Oleh karena mengeluarkan biaya besar, Anang meminta penduduk Pulau Rinca turut menjaga keberadaan menara BTS.
“Kita jaga, agar jangan ada yang mencuri. Satu bauta tau satu besi saja dicuri, maka tower ini akan miring, sehingga tidak dapat berfungsi. Padahal besi yang dicuri tidak mudah juga menjualnya, atau tidak bisa juga digunakan, jadi jangan dicuri,”kata Anang. (domu d ambarita)