Sudah 7 Tahun Jadi Desa Wisata Tapi Desa Marisa di Pulau Kangge Alor Belum Miliki Infrastruktur
Di Desa Marisa belum ada satupun infrastruktur penunjang dari pemerintah. Bahkan untuk sekadar penerangan, penduduk mengandalkan generator yang disewa
Penulis: Dewi Agustina
Masyarakat setempat umumnya mencari nafkah dengan berkebun seperti jagung dan ubi jika musim hujan.
Namun ketika musim kemarau penduduk lebih banyak di laut sebagai nelayan dan juga budi daya rumput laut.
Di Desa Marisa terdapat sekolah yang semuanya dikelola oleh pihak swasta, yakni PAUD Permata Bunda, MIS Nurul Falah Kangge, MTs Babulrahmat dan MAS Nurul Falah.
Suaib berharap pemerintah membangun sekolah negeri di desanya karena sampai saat ini belum ada sekolah negeri di Desa Marisa.
"Kita masih berjuang agar Desa Marisa memiliki fasilitas penunjang dan juga sekolah negeri untuk anak-anak di desa ini. Kami minta dukungan pemerintah," harap Suaib.
Berharap Fasilitas Penunjang
Sementara itu Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Marisa, Rahmat Laba mengakui tidak adanya fasilitas di Desa Marisa menjadi hambatan bagi para wisatawan untuk menginap di desa ini.
Alhasil jika ada wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam dan bahari di Desa Marisa, mereka sementara diinapkan di homestay alias di rumah penduduk setempat dengan kondisi seadanya.
Menurut Rahmat Laba, pemerintah daerah hingga saat ini belum ada perhatian terhadap pembangunan di Desa Marisa.
Padahal sejak tahun 2015, Desa Marisa di Pulau Kangge sudah ditetapkan Bupati Alor sebagai desa wisata.
"Kita belum punya homestay atau tempat khusus pariwisata, jadi masih natural. Pengembangan belum tersentuh oleh pemerintah maupun pihak swasta," kata Rahmat Laba kepada Tribunnews.com, akhir pekan lalu.
Jika ada wisatawan yang ingin menginap, pihaknya mempersilakan untuk menginap di rumah-rumah warga dengan kondisi yang serba terbatas.
Baca juga: Epson dan WWF Dorong Pariwisata dan Ekonomi Warga Desa Wisata Marisa, Pulau Kangge, NTT
Rahmat berharap ke depan pemerintah daerah dapat mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat, misalnya pengembangan homestay dan fasilitas lainnya.
Rahmat mengatakan selama ini sejumlah wisatawan yang datang ke Desa Marisa berasal dari Jakarta, Bandung serta wisatawan lokal dari NTT.