WHO Dukung Indonesia, Angkat Tema Infrastruktur Kesehatan Global di KTT G20
Bruce menegaskan, selama sistem kesehatan global tidak diperbaiki, dunia tetap akan rentan terhadap bencana yang mungkin terjadi di masa mendatang
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Di kesempatan sama, Chief Economics Organisasi Pangan PBB atau Food and Agriculture Organization (FAO) Maximo Torero mengatakan, tahun ini dunia sedang manghadapi tantangan terbesar yakni akses pangan.
Masalah ini muncul karena harga pangan yang kian mahal dan imbas dari konflik Rusia-Ukraina.
"Dunia saat ini sedang menghadapi tantangan besar yang sangat luar biasa. Tahun ini kita mengalami masalah yang disebut "akses pangan" dan penyebabnya terjadinya kondisi ini adalah harga pangan yang kian mahal," ujar Maximo.
Maximo menyebutkan, kenaikan harga pangan tertinggi sepanjang sejarahterjadi pada bulan Maret tahun ini. Kendati sempat turun namun tetap tidak siginifikan sehingga harga pangan tetap dinilai tinggi.
Baca juga: WHO : Gelombang Baru Covid-19 Muncul di Eropa
Masalah akses pangan ini menutup pintu bagi masyarakat pada sumber-sumber pangan. Artinya, banyak masyarakat dunia tidak bisa membeli makanan. Hal itu yang membuat pihaknya menyebut ini sebagai masalah akses pangan.
"Artinya, masyarakat tidak punya banyak sumber pangan dan tidak akan bisa membeli makanan. Oleh karena itu, kita sebut ini sebagai masalah akses pangan," tukasnya.
Maximo menambahkan, masalah akses pangan ini terjadi selain karena pembatasan selama pandemi covid-19 untuk menekan laju penyebaran virus, juga karena perang Rusia-Ukraina.
"Kondisi ini terjadi setelah pandemi covid-19 dimana harga pangan tinggi dan makin meroket karena perang di Ukraina. Alasan utamanya adalah karena Federasi Rusia dan Ukraina merupakan eksportir dari 30 persen biji gandum untuk dunia. Sementara Federasi Rusia merupakan eksportir utama pupuk dunia," ujarnya.
"Jadi tahun ini masalah akses pangan. Tahun depan akan menjadi tantangan terbesar adalah ketersediaan pangan," imbuhnya.