Bocah Kelas 5 SD di Makassar Tewas di Tangan Penculik: Korban Dikenal Sebagai Buruh Angkat di Pasar
AD menculik MFS karena hendak menjual organ korban ke luar negeri dengan harga yang mahal
Editor: Erik S
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - MFS alias Dewa (11) tewas di tangan AD (17) dan FS (17) karena menjadi korban penculikan anakdi Makassar, Sulawesi Selatan.
AD menculik MFS karena hendak menjual organ korban ke luar negeri.
Baca juga: 2 Tersangka Pembunuhan dan Penculikan Anak di Makassar Jalani Pemeriksaan Kejiwaan
Dikutip dari Tribun Timur, MFS dikenal sebagai sosok anak yang pekerja keras.
Meski masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar, MFS tak sungkan bekerja kasar.
Setelah pulang sekolah, ia nyambi jadi buruh angkat-angkat barang di Pasar Toddopuli.
Aktivitas buruh angkat barang itu, ia lakoni tiga tahun terakhir, atau mulai sejak ia masih berusia delapan tahun.
Hal itu diungkapkan teman parkir Dewa, Emi (32) saat ditemui di halaman parkir minimarket, Jl Batua Raya, Makassar, Rabu (11/1/2023) siang.
"Lamami dia (Dewa) parkir-parkir disini, adami tiga tahun lebih kayaknya. Karena saya saja di sini baru setahun parkir-parkir," kata Emi (32).
Baca juga: Jadi Tersangka Penculikan Anak, Iwan Sumarno Terancam 15 Tahun Penjara
Jadi juru parkir, lanjut Emi dijalani Dewa sekitar empat jam dalam sehari.
"Kalau datang habis magrib biasanya pulang jam 11 sampai ini toko (minimarket) tutup," sebutnya.
Hasilnya dalam sehari, kata dia, tidak menentu. Tergantung pengunjung minimarket.
"Kadang dapat Rp 30 ribu, kadang juga Rp 50 ribu kalau agar ramai," jelas Emi.
Selain jadi juru parkir, Dewa kata dia, juga nyambil jadi butuh angkat barang di pasar.
Baca juga: Fakta-fakta Pembunuhan Bocah di Makassar, Pelaku Tergiur Jual-beli Organ, Rumah Jadi Sasaran Massa
"Kalau sekolahnya masuk siang, pagi-pagi dia ke pasar angkat-angkat barang. Kalau masuk pagi, biasa siang dia tetap ke pasar juga angkat-angkat barang," bebernya.
Hasil kerja kasar itu, lanjut Emi dilakoni Dewa demi membantu kebutuhan dapur keluarganya.
Pernyataan EMI selaras dengan pengakuan tetangga Dewa, Samsiah.
Samsiah mengatakan, sejak usia lima tahun Dewa ditinggal sang ibu yang merantau ke Malaysia.
Ia pun hidup bersama ayahnya Kamrin (38) di rumah sang nenek Aminah (60).
"Dia (Dewa) itu sering bantu-bantu untuk beli ikan, beras neneknya kasihan. Hasil parkir-parkir sama angkat-angkat barangnya," ucap tetangga Dewa, Samsiah (50).
Samsiah pun mengaku turut merasa kehilangan atas tewasnya bocah kelas lima SD itu.
Sebab, Dewa kata dia, dikenal sosok anak yang ramah dan penurut.
"Sopan sekali itu anak kasihan, suka menyapa orangnya," ucapnya
Dewa kini telah pergi untuk selama-lamanya.
Baca juga: Pembunuhan Anak di Makassar, KPAI: Kominfo Harus Tutup Website Perdagangan Organ Tubuh Manusia
Ia ditemukan tewas terbungkus plastik dengan kondisi kaki terikat di bawah jembatan Waduk Nipa-nipa, Kecamatan Moncong Loe, Maros, Selasa kemarin.
Ia dibunuh setelah diculik oleh pelaku AD (17) yang masih duduk di bangku kelas tiga SMA.
Aksi pembunuhan itu dilakukan AD bersama adik kelasnya, FS (14) di rumah AD di Jl Batua Raya 14.
Motif pembunuhan karena AD tergiur uang tawaran penjualan organ tubuh yang diakses melalui situs Organ Sell di mesin pencari asal Rusia, Yandex.
Tidak tanggung-tanggung, satu organ dihargai 80 ribu US atau setara Rp 1, 2 Milliar.
AD dan FS pun disangkakan pasal pembunuhan berencana oleh Polrestabes Makassar.(*)
Penulis: Muslimin Emba
Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Sosok Dewa Korban Penculikan Anak di Makassar Dikenal Pekerja Keras, Pagi Buruh Malam Juru Parkir