Sekjen PDIP: Kota Bandung Jadi Tempat Kontemplasi Ideologis Terpenting Bagi Bung Karno
Hasto menyebut dari kota Bandung lah semangat juang Soekarno semakin bergelora demi memerdekakan Indonesia
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Eko Sutriyanto
“Padahal kondisi saat ini ya ajaran Soekarno itu masih relevan. Petani miskin, kaum Marhaen, kondisinya juga masih sama. Penjajahan budaya jelas terjadi. Dari sisi ekonomi, berdikari belum sepenuhnya karena banyak anak bangsa yang belum berdikari. Jadk ajaran Bung Karno masih relevan hingga saat ini,” kata Ono.
Baca juga: Hasto Kristiyanto Respons Kabar PDIP Bakal Umumkan Capres pada Perayaan HUT ke-50
Ono juga bicara legacy Soekarno dan para Pendiri Bangsa dalam bentuk Pancasila. Kata Ono, Indonesia dengan Pancasila, dari dulu hingga saat ini, terus berusaha dipecah dan dihilangkan, agar bisa dikuasai.
Tantangannya, banyak anak muda saat ini tak sadar bahwa Indonesia bisa berdiri kokoh karena Pancasila yang nilai utamanya adalah gotong royong.
“Ada survei bahwa bagi anak SMA merasa Pancasila tak relevan. Padahal Indonesja bisa tegak sendiri ya karena Pancasila. Di masa pandemi banyak negara ambruk. Tapi kita tegak berdiri karena Pancasila, yakni karena gotong royong. Maka anak muda harus belajar dan mendalami lagi ajaran para pendiri bangsa, soal Pancasila. Dan belajar bagaimana mengaplikasikan Pancasila itu,” kata Ono.
Budi Dalton lalu mengatakan bahwa baginya, yang harus dipahami para anak muda, musuh terbesar orang Indonesia itu adalah perpecahan.
“Itulah yang perlu kita jaga. Ada kekhawatiran. Ada bom, ada yang ingin memecah belah melalui idoelogi dan lain-lain,” kata Budi Dalton.
Bicara anak muda, Ustad Tatan mengatakan ada beberapa bahaya yang harus diwaspadai.
Pertama adalah ekstrimisme, yakni paham yang mengabaikan kebenaran orang lain. Padahal perbedaan itu ada justru agar saling berkenalan, lalu berdiskusi, lalu kemudian berkolaborasi, bersinergi, membangun harmoni.
“Mudah-mudahan kantor DPC PDIP Bandung ini jadi meeting point anak muda untuk bicara apapun dan dari spektrum pemikiran apapun,” katanya.
Musuh kedua adalah pesimisme. Menurut sang ustad, para anak muda harus percaya diri dengan bangsanya sendiri. Terbukti Indonesia bisa kokoh berdiri di tengah banyaknya negara lain yang tumbang akibat pandemi covid.
“Ketiga, musih kita adalah apatisme, dimana ketika ada masalah, justru tak melakukan apapun,” jelas Ustaz Tatan.