Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Para Siswa SD di Sikka Bertaruh Nyawa Seberangi Derasnya Arus Sungai, Sebagian Digendong Orang Tua

Demi bisa menikmati pendidikan dengan belajar di sekolah, mereka rela bertaruh nyawa menyeberangi derasnya arus Sungai Nanga Gete.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Para Siswa SD di Sikka Bertaruh Nyawa Seberangi Derasnya Arus Sungai, Sebagian Digendong Orang Tua
Pos Kupang/Arnold Welianto
Puluhan siswa Sekolah Dasar Inpres (SDI) Blawuk asal Dusun Muding Kampung Wairbou dan Dusun Wailoke Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur (NTT), harus bertaruh nyawa menyebrangi derasnya arus sungai Nanga Gete untuk bersekolah, Sabtu 4 Februari 2023. 

"Setiap hari kami pergi dan pulang sekolah nyeberang kali ini. Sebenarnya takut, jika tiba-tiba banjir besar. Bahkan kalau sendiri nyebrang kami tidak berani lewat," ujarnya

Sementara itu, Yoseph, orang tua siswa SDI Blawuk mengaku setiap hari harus menyeberangkan anak-anak melewati sungai tersebut.

"Setiap pagi saya gendong anak-anak nyebrang kali, siang juga begitu," katanya.

Ia mengatakan, kondisi tersebut sudah berlangsung lama dan sudah berulang-ulang mengusulkan untuk pembangunan jembatan gantung, namun hingga saat ini belum ada respons.

"Sudah diusulkan berulang kali untuk bangun jembatan namun hingga saat ini belum direspons," katanya.

Kepala sekolah SD Inpres Blawuk, Martinus Roi da Cunha berharap agar kondisi itu mendapat perhatian dari pemerintah dengan membangun jembatan gantung.

"Adanya jembatan gantung membuat warga di dua kampung ini bisa lebih mudah beraktivitas karena mereka setiap harike Dusun Blawuk. Anak-anak sekolah baik di SD maupun SMP dan SMA yang tinggal di dua kampung ini bisa bersekolah seperti biasa," harapnya.

Baca juga: 4 Pelajar Hanyut saat Hiking di Puncak, Nekat Seberangi Sungai saat Arus Deras, 3 Ditemukan Tewas

Berita Rekomendasi

Kondisi itu membuat puluhan pelajar dari dua dusun tersebut sering tidak masuk sekolah atau terpaksa meliburkan diri karena mereka tidak bisa melewati kali tersebut karena banjir dan ditambah tidak adanya jembatan penghubung.

"Mereka sering terlambat masuk sekolah bahkan tidak masuk sekolah saat musim hujan dan ketinggian air di Kali Nangagete meningkat atau kali mengalami banjir," ujarnya.

Kalaupun memaksakan diri ke sekolah, pelajar dari dua kampung ini harus berjalan kaki atau menggunakan sepeda motor melewati jalan provinsi di sebelah barat kampung mereka untuk bisa menuju sekolah di sebelah timur yang jaraknya kurang lebih 5 kilometer.

Kondisi itu mengakibatkan mereka sering terlambat masuk ke sekolah.

Jembatan Putus Siswa di Cianjur Seberangi Sungai

Perjuangan para siswa demi bersekolah sebelumnya juga dialami siswa di Desa Sukaluyu, Kecamatan Cikadu, Cianjur, Jawa Barat.

Mereka terpaksa harus menyeberang sungai ketika pergi dan pulang sekolah.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas