Sulfikar Amir Sebut Pengerjaan Proyek KA Cepat Jakarta-Bandung Lebih Didorong Kepentingan Politik
Sebenarnya kalau tidak ada pilpres Indonesia bisa nego sama China supaya mereka merasa kalau misalnya tidak menyelesaikan proyek ini mereka rugi
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Associate Profesor Nanyang Technological University Singapura, Sulfikar Amir menilai bahwa proyek kereta cepat Jakarta-Bandung terlalu tergesa-gesa.
Tak hanya itu Sulfikar juga menyebut bahwa proyek tersebut pengerjaannya lebih didorong kepentingan politik.
"Kalau kita lihat memang dua atau tiga tahun pertama itu perencanaannya itu terlalu tergesa-gesa. Karena mereka mengejar target sekitar 2019-2020 itu udah selesai tapi kemudian ada covid-19 dan sebagainya itu jadi berlanjut," kata Sulfikar di YouTube Total Politik dikutip Selasa (6/6/2023).
Kemudian dikatakan Sulfikar bahwa dari pihak China sepertinya tahu bahwa posisi mereka lebih tinggi dalam hal negosiasi.
Baca juga: Lowongan Kerja PT Kereta Cepat Indonesia China, Buka 4 Posisi, Ini Persyaratannya
"Tapi dari pihak China juga sepertinya mereka tahu bahwa posisi mereka lebih tinggi dari pada Indonesia dalam hal negosiasi sehingga banyak elemen-elemen di dalam pengerjaannya kita lebih sering didikte oleh pemerintah China atau Konsorsium China," jelasnya.
Belum lagi kata Sulfikar, pengerjaan-pengerjaan yang sifatnya detail baru belakangan terungkap.
"Ini konsekuensi dari pengerjaan proyek yang awalnya itu tidak secara sciencetific.
Kemudian pengerjaannya itu juga lebih banyak didorong oleh kepentingan politik," sambungnya.
Kemudian dikatakan Sulfikar jika tidak ada pilpres bahwa pemerintah Indonesia masih bisa negosiasi.
"Sebenarnya kalau tidak ada pilpres kita masih bisa nego sama China supaya mereka merasa kalau misalnya tidak menyelesaikan proyek ini mereka rugi," tutupnya.