Penjual Tahu Gejrot di Kendari yang Mampu Kuliahkan 3 Buah Hatinya: Anak Harus Melebihi Orang Tuanya
Salimin merupakan penjual tahu gejrot yang kesehariannya mangkal di depan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STIMIK) Catur Sakti
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
"Ada di Bahteramas, bagian obat," ungkapnya.
Di usia senja seperti saat ini, Salimin memang dapat merasakan pencapaiannya.
Kendati demikian, ia tak mengharap pundi-pundi rupiah dari gaji anak-anaknya.
"Kan mereka punya masa depan juga, jadi sebisa mungkin disimpan apalagi mereka juga bakal berkeluarga," kata Alimin.
"Anak saya juga sebenarnya pernah suruh saya berhenti jualan. Tapi ya saya tetap mau, lagian biar ada aktivitas. Kalau di rumah kan paling nonton tv terus tidur," sambungnya.
Terlepas dari itu, semangat Salimin tak pernah surut.
Ia sendiri mengaku berjualan setiap hari tanpa hari libur.
Sedangkan sang istri, telah lama meninggal dunia sehingga segala kebutuhan keluarga ia semua yang penuhi.
Kisah Salimin setidaknya memberi gambaran tentang hasil dari kegigihan kerja keras.
Dengan kemauannya yang tinggi untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya, Salimin rela bekerja saban hari.
"Kalau bapak SMA, minimal anak harus sarjana. Prinsipnya anak harus melebihi bapaknya," pungkasnya.
Cerita Salimin seketika terhenti ketika hujan tiba-tiba mengguyur deras.
Payung yang semula meneduhkannya dari terik matahari kini telah siap melindunginya dari tetesan hujan.