Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wali Kota Bukittinggi Ungkap Skandal Hubungan Sedarah Anak dengan Ibunya, Ini 4 Fakta Soal Inses

Wali Kota Bukittinggi Erman Safar mengungkap ada kasus hubungan inses antara anak dengan ibu kandungnya sendiri terjadi di wilayahnya.

Editor: Wahyu Aji
zoom-in Wali Kota Bukittinggi Ungkap Skandal Hubungan Sedarah Anak dengan Ibunya, Ini 4 Fakta Soal Inses
Elite Daily
ILUSTRASI hubungan inses antara anak dengan ibu kandungnya sendiri. 

Selain itu, studi tersebut juga menjabarkan bahwa 11 persen anak yang lahir dari hubungan sedarah berpotensi mengalami gangguan mental.

Ketika dua organisme yang memiliki hubungan darah dan melakukan hubungan, maka tingkat homozigositas cenderung lebih unggul.

Hal ini berarti keturunan yang dihasilkan memiliki peluang lebih besar untuk menerima alel (gen pada kromosom) identik dari ayah dan ibu mereka.

Akibatnya, dapat terjadi pengurangan keragaman genetik yang menyebabkan tidak adanya bantuan organisme untuk bertahan hidup dari perubahan lingkungan dan beradaptasi.

Selain itu, orang tersebut dimungkinkan menderita penurunan kebugaran biologis, seperti si anak mengembangkan gangguan resesif autoimun.

Adapun risiko penurunan kesehatan ini makin besar saat dua gen yang berpotensi membahayakan saling bertemu.

Apalagi, jika terjadi pernikahan sedarah, maka pertemuan alel yang sama meningkat dan menyebabkan potensi yang lebih besar.

Berita Rekomendasi

2. Risiko kecacatan

Tidak hanya berpotensi mengalami kematian dini dan gangguan mental, hubungan sedarah juga dapat menimbulkan cacat lahir.

Berikut sejumlah contoh cacat yang terlihat dalam kasus inses, yakni:

  • Mengurangi kesuburan
  • Mengurangi tingkat kelahiran
  • Angka kematian bayi dan anak lebih tinggi
  • Ukuran tubuh ketika dewasa lebih kecil (cebol/kerdil)
  • Fungsi kekebalan tubuh berkurang
  • Peningkatan risiko penyakit kardiovaskular
  • Asimetri wajah meningkat Kelainan genetik
  • Gangguan mental seperti skizofrenia
  • Cacat lahir seperti kebutaan, keterbatasan gerak
  • Mikrosefali Anggota tubuh menyatu
  • Clubfoot atau cacat pada kaki yang tampak bengkok
  • Hemofilia

3. Risiko penyakit

Inses atau hubungan sedarah juga dinilai akan menimbulkan masalah kemanusiaan karena membuka kesempatan bagi keturunannya untuk menerima alel resesif merusak yang dinyatakan secara fenotip.

Fenotip merupakan deskripsi karakteristik fisik yang nampak, seperti tinggi badan, warna mata; dan juga kesehatan tubuh, seperti riwayat penyakit, perilaku, serta watak, dan sifat umum manusia.

Selain itu, penyakit lain dari hubungan sedarah yakni peningkatan infertilitas pada orangtua dan keturunannya seperti cacat lahir seperti asimetri wajah, bibir sumbing, atau kekerdilan tubuh saat dewasa.

Ada pula risiko gangguan jantung, beberapa tipe kanker, berat badan lahir rendah, tingkat pertumbuhan lambat, dan kematian neonatal.

4. Kisah hubungan sedarah dari masa lalu

Baca juga: Dukun Palsu Tipu Janda di Pekalongan: Suruh Lakukan Ritual Hubungan Inses dan Potong Bagian Tubuh

Secara historis, pernikahan sedarah dilakukan untuk mempertahankan sifat-sifat dalam garis darah dan ada pula dengan latar belakang mempertahankan kekuasaan.

Pada zaman Mesir Kuno, ada kisah yang melakukan pernikahan sedarah agar mencegah keluarga lain masuk yang berpotensi mewarisi takhta.

Pada 2015, sebuah studi meneliti 259 mumi Mesir dewasa dan menemukan mumi kerajaan memiliki ketinggian yang berbeda dari populasi umum.

Saat itu, bangsawan laki-laki memiliki postur lebih tinggi dari rata-rata dan bangsawan perempuan lebih pendek dari rata-rata.

Selain itu, ada juga kasus House of Habsburg yang pada masa kekaisarannya termasuk Spanyol, Austria, dan Hongaria. Garis keluarga ini berakhir saat Charles II lahir pada 1661.

Silsilah keluarga ini sangat kompleks karena pernikahan sedarah. Ibu Charles II adalah keponakan ayahnya, yang berarti neneknya juga merupakan bibi Charles II.

Akibatnya, Charles II mengidap berbagai cacat bawaan. Cacat bawaan itu menyebabkan Charles II tidak bisa berbicara sampai umur empat tahun.

Ia juga tidak dapat berjalan sampai umur delapan tahun, bahkan Charles tidak bisa mengunyah karena bentuk rahangnya yang tidak biasa.

Namun, setelah kematian Charles II, hasil mengejutkan dari proses otopsi mengungkapkan bahwa Charles disebut tidak memiliki darah, jantungnya sebesar lada, paru-parunya berlubang, kepalanya penuh air, ususnya busuk , dan ia hanya memiliki satu testis yang sehitam batu bara. (TribunPadang/Kompas.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas