Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pakar Kelautan: Nelayan di Indonesia Masih Hadapi Masalah Tempat Penyimpanan Ikan

Menurut dia, nelayan di Indonesia masih menghadapi masalah berupa minimnya tempat penyimpanan ikan hasil tangkapan ikan cold storage.

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Pakar Kelautan: Nelayan di Indonesia Masih Hadapi Masalah Tempat Penyimpanan Ikan
Ilustrasi nelayan
Ilustrasi nelayan. Pakar Perikanan dan Kelautan, Moch Sudjana, mengungkapkan kondisi nelayan di Indonesia masih memprihatinkan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Perikanan dan Kelautan, Moch Sudjana, mengungkapkan kondisi nelayan di Indonesia masih memprihatinkan.

Menurut dia, persoalan paling mendasar karena hasil tangkapan ikan nelayan tradisional mengalami penurunan kualitas/mutu, sehingga tidak dapat bersaing dengan nelayan yang memiliki alat tangkap ikan modern.

Akibatnya, para nelayan harus rela menjual ikan hasil tangkapannya dengan harga murah kepada para tengkulak.

"Namun chilling hanya bisa digunakan kapal-kapal besar,," ujar pria berdarah Sunda yang akrab disapa kang Jana ini saat bertemu dengan sejumlah nelayan di Pantai Sendang Biru Kabupaten Malang, pada Rabu (6/9/2023).

Menurut dia, nelayan di Indonesia masih menghadapi masalah berupa minimnya tempat penyimpanan ikan hasil tangkapan ikan cold storage.

Padahal, kata dia, pendingin atau chilling menjadi satu-satunya solusi untuk menjaga kesegaran ikan.

"Sedangkan para nelayan kapal kecil chilling masih sulit digunakan, dan sulit dijangkau secara finansial," kata dia.

BERITA REKOMENDASI

Sudjana menilai masalah yang dihadapi para nelayan sangatlah pelik.

Padahal, banyak potensi jumlah ikan yang besar ada pulau-pulau kecil, namun tidak dapat dijual ke kota-kota besar lantara turunnya mutu dari ikan tersebut.

“Jangankan chilling, es saja tidak ada dan itu menjadi keluh kesah bagi para nelayan, karena mereka takut ikan hasil tangkapannya membusuk. Seperti di Indonesia wilayah timur, di situ banyak ikan tapi es sangat jarang, bahkan tidak ada. Para nelayan pun resah karena ikan hasil tangkapannya akan membusuk. Bayangkan, ikan puluhan ton dibuang,” terang Kang Jana.

Untuk itu, dia memberikan solusi dengan menciptakan Atmatsya.

Atmatsya adalah pengawet alami yang bisa digunakan para nelayan untuk menjaga mutu ikan hasil tangkapannya.


Atmatsya ini diciptakan di tengah persoalan nelayan yang selama ini menggunakan bahan pengawet seperti borak dan formalin. Padahal sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas