Ibu yang Rawat Anaknya yang Lumpuh Selama 45 Tahun di Kota Kediri Ditemukan Tewas
Keduanya meninggal dunia di rumah lingkungan Kelurahan Singonegaran, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (21/9/2023) lalu
Editor: Eko Sutriyanto
Mbah Suratmi sempat merasa heran karena memiliki tiga anak perempuan yang sehat.
Namun kelima putranya lumpuh saat hendak beranjak dewasa.
Apalagi kini ia telah hidup sebagai orang tua sebatang kara.
Ia harus berjuang sendiri menghidupi para putranya karena suami telah tiada.
Mbah Suratmi dan keluarga tinggal di sebuah rumah di Jalan Hatirongga, Desa Pematang Simalungun, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun.
Rumah petak yang ditempatinya tersebut milik sebuah yayasan yang telah mereka huni selama puluhan tahun.
Kisahnya berawal saat Suratmi menikah dengan suaminya, Mujiman.
Wanita lanjut usia ini kemudian melahirkan tiga perempuan dan lima laki laki.
Ketiga anak perempuannya bertumbuh hingga dewasa dan masing masing telah berumah tangga.
Namun berbeda dengan anak laki lakinya, Suwito (44), Adi (36), Rian (31), dan Sanrol (29).
Awalnya terlahir sehat, namun belum sampai umur satu tahun, mendadak lumpuh.
Sementara Amjah yang lahir pada tahun 1984 telah meninggal dunia, menyusul ayahnya, Mujiman (66).
Sedangkan Suwito, Adi, dan Rian, kondisinya sama sekali tak mampu berdiri dan berkomunikasi dengan baik.
Mereka hanya terduduk dan merangkak.
Sementara Sanro sejak lahir hanya bisa terbaring di kasur karena tubuhnya ringkih, otot-ototnya layu dan mengecil.
Mbah Suratmi tak tahu persis apa yang menyebabkan lima putranya tersebut lumpuh.
Ia tahu polio atau Acute Flaccid Paralysis (AFP) biasa dikenal dengan lumpuh layu.
"Ketika seumuran berjalan, kami coba berdirikan, tetapi tidak mampu. Katanya karena polio, pastinya saya tidak tahu," kata Mbah Suratmi saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Jumat (1/9/2023).
"Semua anak laki-laki kami tidak bisa jalan sejak bayi, yang perempuan tiga orang sehat-sehat, normal," jelas Mbah Suratmi.
Sejak melahirkan, Mbah Suratmi tak pernah jauh dari anak-anaknya.
Tanpa sentuhan tangan Mbah Suratmi, kelima anaknya tak mampu mandiri.
Anak-anaknya ditempatkan di dua tempat tidur busa yang letaknya di ruang tamu dekat jendela.
Di tempat itulah mereka merangkak, terbaring, dan disuapi makan.
Untuk menafkahi keluarga ini, sang suami semasa hidup bekerja serabutan dan dia satu-satunya tulang punggung keluarga.
Terkadang keluarga Mbah Suratmi mendapat bantuan dari orang orang yang bersimpati.
Mbah Suratmi juga hidup dari bantuan sosial (bansos) pemerintah.
Setelah ditinggal mati suaminya, Suratmi dibantu putri sulungnya, Sukasih, untuk menafkahi keluarga.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Kisah Ibu di Kediri Rawat Anak Lumpuh Sendirian selama 45 Tahun, Ditemukan Meninggal Bersama