Mariyo Tunaikan Nazar Jalan Kaki dari Sragen ke Jakarta Usai Prabowo-Gibran dan Caleg Budiono Unggul
Mariyo yang merupakan warga Desa Pringanom, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen mulai menunaikan nazar jalan kaki Sragen-Jakarta pada hari ini.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, - Pesta demokrasi yang telah berlangsung pada 14 Februari 2024, ternyata membuat sebagaian orang berjanji pada dirinya sendiri jika sosok yang didukung unggul.
Satu di antaranya, Mariyo (52) yang memiliki nazar jalan kaki Sragen ke Jakarta jika Prabowo-Gibran, serta Budiono Rahmadi yang merupakan calon anggota DPRD Sragen unggul dalam Pemilu 2024.
Diketahui, Budiono merupakan caleg dari Demokrat dan telah meraih suara tertinggi di partainya.
Mariyo yang merupakan warga Desa Pringanom, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen mulai menunaikan nazar jalan kaki Sragen-Jakarta mulai Jumat (23/2/2024).
Baca juga: Denny Cagur Ingat Pesan Mendiang Ibu, Jika Melenggang ke DPR, Sang Komedian Wujudkan Nazar Ini
Sebelum berangkat, Mariyo berpamitan terlebih dahulu dengan Budiono Rahmadi di kediamannya, di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.
Mariyo nampak memakai kaos partai Demokrat berwarna biru dan terdapat foto Budiono Rahmadi di bagian depan.
Agar tidak kepanasan, Mariyo melindungi kepalanya dengan menggunakan topi.
Sedangkan, kakinya hanya beralaskan sepatu berwarna abu-abu.
"Mau ke Jakarta, punya nazar kalau Mas Bro (panggilan akrab Budiono Rahmadi) menjadi dewan dan Pak Prabowo jadi Presiden mau jalan kaki Sragen-Jakarta," kata Mariyo saat ditemui TribunSolo.com, Jumat (23/2/2024).
Menurut Mariyo, nazar itu sudah ia niatkan saat Budiono Rahmadi mendaftar sebagai Caleg DPRD Kabupaten Sragen.
Hal itu ia lakukan, karena Mariyo mengagumi sosok Budiono Rahmadi.
"Saya kenal Mas Bro sudah dua tahunan ini, dulu pernah minta bantuan membangun posko, hubunginya lewat Facebook, terus direspon dan diberi bantuan," jelasnya.
Mariyo pun mengaku tidak ada persiapan khusus, ia hanya membawa baju dan celana ganti, serta uang saku sebanyak Rp 500.000.
Dalam kesehariannya, Mariyo adalah seorang pekerja serabutan, yakni buruh membajak sawah.