Pistol yang Digunakan Aiptu FN Bukan Senjata Api Organik? Kapolres Lubuklinggau Ungkap Fakta Baru
Senpi itu ditembakkan Aiptu FN kepada debt collector yang mencoba menghadangnya untuk menagih tunggakan cicilan mobil di parkiran mal.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolres Lubuklinggau AKBP Indra Arya Yudha mengungkap fakta soal asal usul senjata api (senpi) yang ditembakkan oknum polisi, Aiptu FN ke debt collector.
Seperti diketahui, Aiptu FN melepaskan tembakan kepada debt collector yang mencoba menghadangnya untuk menagih tunggakan cicilan mobil di parkisan sebuah mal di Palembang, Sumatera Selatan, akhir pekan lalu.
Sebenarnya, istri sang polisi sempat berupaya menghalangi suaminya melepaskan tembakan.
Namun, bintara senior Polri itu tetap menembakkan senjata api ke arah debt collector Dedi Zuheransyah (51), cuma tidak kena.
Asal usul senjata api (senpi) yang ditembakkan oknum polisi, Aiptu FN ke debt collector hingga kini masih misterius.
Senpi itu ditembakkan Aiptu FN kepada debt collector yang mencoba menghadangnya untuk menagih tunggakan cicilan mobil di parkiran sebuah mal di Palembang, Sumatera Selatan.
Terkait senpi tersebut, Kapolres Lubuklinggau AKBP Indra Arya Yudha menyatakan, Aiptu FN tidak dibekali senjata api kedinasan.
Indra pun belum bisa memastikan jenis senjata apa yang digunakan Aiptu FN saat menembak dua orang debt collector tersebut.
"Kalau untuk senjata tidak dibekali senjata dinas atau organik. Nanti bisa ditanyakan ke pihak penyidik," kata Indra, Senin (25/3/2024).
Kata Kapolres, anggota Polri punya aturan dalam penggunaan senjata api.
Bahkan saat dipinjam, terdapat syarat-syarat tertentu yang harus dimiliki. Seperti menjalani psikotes, izin dari atasan, dan keluarga.
"Sebagai anggota Polri mereka mengetahui soal pinjam pakai senjata ini seperti apa dan penggunaannya untuk apa," jelas Indra.
Aiptu FN sebetulnya tinggal di Kota Lubuklinggau dan telah memiliki rumah.
Namun, Indra tidak mengetahui tujuan dari pelaku ke Palembang sampai akhirnya bertemu dengan debt collector tersebut.
"Untuk FN memiliki rumah dan asli Linggau. Mengenai ke Palembang kami juga tidak tahu, bisa nanti ditanyakan ke penyidik," ungkap Kapolres.
Dibuang dari jembatan
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Sumsel, Kombes Pol M Anwar Reksowidjojo menegaskan, Aiptu FN sengaja membuang pistol yang digunakannya untuk menembak debt collector di Jembatan Musi 6 Palembang.
Pernyataan itu sekaligus membantah keterangan kuasa hukum Aiptu FN yang sebelumnya menyebut pistol barang bukti penembakan bisa saja tercecer di Jalan karena anggota polisi di Polres Lubuklinggau itu merasa panik.
Seperti diketahui, Aiptu FN telah tiba di Polda Sumsel didampingi keluarga dan anggota Polres Lubuklinggau pada Senin (25/3/2024) pagi.
Ia membawa barang bukti berupa pakaian dan sangkur yang digunakan saat kejadian. Sementara mobil yang hendak ditarik, sudah 2 malam berada di Polda Sumsel.
Satu-satunya barang bukti yang tidak diserahkan yakni pistol.
"Untuk pistol itu sudah dibuangnya di Jembatan Musi 6 setelah kejadian. Untuk saat ini anggota kami masih memeriksa lokasi untuk menghimpun fakta-fakta," kata Anwar saat menyampaikan progres perkembangan kasus di Polda Sumsel, Senin siang.
Saat ini Aiptu FN masih menjalani pemeriksaan Propam Polda Sumsel terkait etika profesi.
"Setelah pemeriksaan profesi di Propam, selanjutnya yang bersangkutan juga menjalani pemeriksaan di Ditreskrimum," katanya.
Sosok Aiptu FN
Mantan atasan di Polsek Lubuklinggau, AKP Hilal Subhi, mengungkap tabiat asli Aiptu FN.
"Saya waktu itu masih Kanit, dia kami angkat Katim. Kemudian saya Kapolsek, dia jadi Kanit Reskrim. Jadi, tahu persis kesehariannya," ungkap Hilal, Minggu (24/3/2024).
Hilal mengaku, sudah mengenal FN sejak lama.
Keduanya saling mengenal semenjak sama-sama bertugas di kepolisian.
Bahkan, FN pernah menjadi anak buah Hilal di Polsek Lubuklinggau.
Oleh sebab itu, Hilal mengatku tahu persis karakter dan sifat FN dalam keseharian.
Menurut Hilal, FN sudah banyak menangani berbagai kasus kejahatan di wilayah hukum Polsek Lubuklinggau Selatan selama menjabat sebagai Kanit Reskrim.
Ia pun dikenal sebagai sosok yang bisa diandalkan.
Berbagai kasus seperti curanmor, sabu, hingga pencurian hewan, pernah diungkap oleh FN.
Namun karena alasan penyegaran personil, Aiptu FN lalu dipindah tugas ke Polres Lubuklinggau.
Selama berdinas bersama, Hilal mengungkap bahwa FN adalah sosok yang baik.
Menurut Hilal, sehari-hari FN adalah sosok yang memiliki loyalitas tinggi.
"Orangnya baik kemudian loyalitas tinggi. Setiap kali berdinas selalu berpegang dengan SOP kepolisian, baik di lapangan maupun saat berada di kantor," ujarnya.