Cerita Korban Banjir Bandang Lahar Dingin di Sumbar, Terseret Arus saat Rapat Muda-Mudi di Agam
Inilah cerita korban selamat dari banjir bandang lahar dingin di Sumbar. Sempat terseret arus hingga berhasil naik ke atap warga
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Seorang korban selamat dari banjir bandang lahar dingin Gunung Marapi di Agam, Sumatera Barat menceritakan pengalamannya saat terseret arus pada Sabtu (11/5/2024) malam tersebut.
Ia adalah Liviya (17), korban selamat setelah terseret arus banjir bandang lahar dingin.
Saat itu, pada hari Sabtu malam ia dan teman-temannya sedang melakukan rapat bersama muda-mudi lainnya di Surau Kasiak An Nur, Simpang Bukik, Bukik Batabuah, Agam.
Saat itu kondisi sedang hujan lebar dan tak lama kemudian air besar datang tiba-tiba.
"Jadi saat mulai besar itu, disuruhlah salah seorang teman untuk sesekali memantau aliran air," kata Liviya.
Mengutip TribunPadang.com, sekira pukul 22.00 WIB, teman yang memantau air berteriak bahwa ada air besar tiba.
"Kami pun lari keluar untuk menyelamatkan diri," sambung Liviya.
Saat banjir, aliran air terpecah jadi dua arah di bagian jembatan.
Satu sisi ada di bagian bawah jembatan, dan sisi lain air masuk ke arah rumah warga di depan Surau Kasiak An Nur.
"Saat itu masih kayu-kayu besar saja yang menghantam bangunan, jika diingat bagaimana bunyinya sangat mengerikan, dentumannya seperti gemuruh-gemuruh petir," jelasnya.
Liviya dan empat orang teman lainnya berusaha menyelamatkan diri dengan menerobos air.
Baca juga: 21 Korban Banjir Bandang Lahar Dingin di Kabupaten Agam yang Ditemukan Tewas, Ini Identitasnya
Nahas ia dan teman-temannya justru terbawa arus.
"Saya berlima yang lari bersama-sama, tiga orang cowok dan dua cewek."
"Teman saya yang cowok, ketiganya terbawa arus, tapi tersangkut di kayu-kayu besar yang sebelumnya menghantam, jadi mereka memanjat melalui kayu-kayu itu ke atap rumah orang," terangnya.
"Begitu juga saya dengan teman saya Kayla, kami terbawa arus dan tersangkut di kayu-kayu besar."
"Saat tersangkut itu, Kayla kakinya tersangkut kayu, saya bantu kemudian kami naik ke atap rumah warga dengan memanjat kayu-kayu besar yang tersangkut itu," sambungnya.
Meski telah selamat dan berhasil ke atap rumah warga, ia tetap merasa cemas karena melihat derasnya banjir yang membawa material besar seperti kayu dan batu yang menghantam rumah warga.
"Kayu dan batu besar menghantam rumah-rumah. Air semakin besar, sejumlah tiang listrik rubuh, kabel putus dan percikan api, trafo meledak gemuruh suara banjir bandang, tanah bergetar, orang-orang berteriak," ucapnya.
"Kami juga melihat rumah di depan surau yang hancur dihantam batu yang sangat besar, tapi kami tidak nampak orang di dalam rumah yang hancur itu," sambungnya.
Hingga pukul 00.30 WIB ia dan teman-temannya bertahan di atap rumah.
Setelah air surut, ia dan kawannya dievakuasi warga untuk turun dari ataap.
Saat ini Liviya dan Kayla masih berada di pos pengungsian SD 08 Kecamatan Canduang, ia mengalami sedikit luka ringan di bagian kaki dan pergelangan tangannya.
Warga Kehilangan Anggota Keluarga
Kisah berbeda datang dari warga lain bernama Karmila (40).
Baca juga: VIDEO Banjir Bandang di Sumbar Makan Korban, Menko PMK: Sudah Ingatkan Pemprov Sumbar
Ia kehilangan ibu dan keponakannya yang jadi korban saat banjir lahar dingin menyapu Nagari Bukik Batabuah, Sabtu (11/5/2024) malam.
Kepada TribunPadang.com, Kamila menceritakan bahwa saat itu ia sedang berada di rumahnya yang berlokasi beberapa meter dari rumah ibunya.
Rumah ibu dari Karmila sendiri posisinya berdekatan dengan aliran sungai.
"Saat banjir terjadi, ibu saya sedang berada dirumahnya yang berada di depan mushalla bersama adik saya. Sementara itu anak dan keponakan saya sedang rapat bersama pengurus di dalam mushalla," katanya, Minggu (12/5/2024).
Saat aliran muli meluap ke jalan, anak dan keponakannya langsung pulang, tapi pulang ke rumah ibunya.
"Saat mulai besar itu, anak dan keponakan saya langsung pulang, tapi ke rumah ibu saya. Tak lama setelah itu air semakin membesar dan membawa material yang cukup banyak berupa kayu dan batu yang ukurannya melebihi orang dewasa menghantam rumah ibu saya," katanya.
"Karena takut, anak saya menelfon sambil menangis dan mengatakan bagaimana situasi rumah ibu saya yang berdentum terus menerus karena dihantam air dan material kayu dan batu," lanjutnya.
Nahas, Karmila dan keluarganya tak bisa keluar rumah untuk menjemput anaknya karena kondisi di luar rumah yang tak memungkinkan.
Setelah banjir surut, ia pun mencari informasi terkait keberadaan keluarganya.
Saat itu ia mengetahui bahwa rumah dan keluarganya tersapu oleh banjir.
"Adik sama anak saya berhasil dibantu diselamatkan oleh warga, tapi ibu dan keponakan saya tidak berhasil terselamatkan dan terbawa banjir," ujarnya.
"Sekira pukul 01.00 WIB jasad ibu saya ditemukan oleh tim gabungan, sementara itu keponakan saya ditemukan sekira pukul 08.00 WIB paginya," sambungnya.
Sementara itu, adik dan anaknya tengah menjalani perawatan di puskesmas karena mengalami luka-luka.
"Anak saya sangat trauma, tadi dari rumah sakit sudah dibawa pulang. Tapi di posko ia selalu mengigau saat istirahat dengan memanggil nama keponakan saya, jadi ia dibawa lagi ke puskesmas untuk perawatan," ujarnya.
"Jenazah ibu dan keponakan saya juga sudah langsung disemayamkan pagi tadi," sambungnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunPadang.com dengan judul DETIK-DETIK Menegangkan Liviya dan Kawan-Kawan Terbawa Arus Banjir Bandang Sumbar, Akhirnya Selamat!
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunPadang.com, Fajar Alfaridho Herman/Wahyu Bahar)