Mengenal Tradisi Tunggu Makam di Wonogiri, Jenazah yang Meninggal Jumat Kliwon Rawan Dicuri
Di Wonogiri ada tradisi menunggu makam orang yang meninggal di hari-hari tertentu seperti Selasa dan Jumat Kliwon dalam penanggalan Jawa.
Editor: Abdul Muhaimin
"Kita melibatkan 4 orang yang pokok menunggu. Kita kasih uang lelah, keluarga dibantu dengan tetangga. Makan dan minum disiapkan, makam tidak ditinggalkan sama sekali sejak dimakamkan sampai 40 hari," terangnya.
Selain di makam, ritual menunggu menurutnya juga dilakukan di bekas tempat pemandian jenazah. Sebab, bagian yang terkena air pemandian jenazah juga menjadi sasaran empuk para penganut ilmu itu.
"Di rumah ditunggu juga, karena ceritanya yang dirumah itu bisa diambil, pada bagian yang kena air mandi itu bisa juga. Makanya dua tempat jadi konsentrasi, semuanya dijaga," imbuhnya.
Tradisi tunggu makam itu sudah ia jalani kurang lebih dua pekan setelah ayahnya meninggal dunia.
Selama dua minggu berjalan, menurut dia belum ada yang mencurigakan.
Baca juga: Kronologi Rumah Pembunuh di Wonogiri Dibakar Warga, Tembok Dicoreti The Legend of Biadab
Berdasarkan cerita yang dia dapatkan serta berbagai sumber literasi yang ia baca, saat ada orang jahil yang akan "menggarap" makam orang yang meninggal di hari istimewa itu akan muncul bau bangkai.
"Kemarin sempat bau didekat pemandian. Katanya ada yang bau tapi dicari tidak ketemu. Kepercayaan seperti itu masih sangat kuat di lingkungan saya. Infonya, katanya yang ambil bentuknya macan. Makanya segala antisipasi dilakukan seperti membuat pagar, intinya meminimalkan," jelasnya.
Cahyo menyebut, tradisi itu bukan hanya dilakukan oleh keluarganya saja.
Pasalnya, selama hidupnya, ia sudah beberapa kali menemui tradisi tunggu makam itu.
"Walaupun katanya mengambil itu juga tidak seperi orang menggali makam, tapi menggunakan ritual. Katanya seperti itu, nanti yang dibutuhkan keluar sendiri. Ada bagian dari jenazah, ada yang kainnya," pungkas dia.
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Tradisi Tunggu Makam Wonogiri Jateng, Warga Jaga Makam Selama 40 Hari, Waspada Penganut Ilmu Hitam