Uskup Labuan Bajo Ditahbiskan, Pariwisata Jadi Tantangan Bagi Masyarakat Lokal
Labuan Bajo memberikan peluang sekaligus tantangan bagi masyarakat setempat, terutama bagi keuskupan yang baru lahir di ujung barat Pulau Flores
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Erik S
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dengan status sebagai kawasan pariwisata super premium, Labuan Bajo memberikan peluang sekaligus tantangan bagi masyarakat setempat, terutama bagi keuskupan yang baru lahir di ujung barat Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tantangan terbesar adalah mempertahankan kekayaan budaya lokal dari benturan ragam budaya luar yang masuk, baik dari sisi tradisi, moralitas, spiritual, ekonomi yang inklusif, hingga keselamatan ekologis.
Pesan tersebut kuat mengemuka dalam rangkaian acara tahbisan Uskup Perdana Mgr Maksimus Regus, yang berlangsung di Gereja St Petrus Sernaru, Labuan Bajo, Jumat (1/11/2024).
Baca juga: Paus Fransiskus Tunjuk Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM Jadi Kardinal
“Yang dibutuhkan di Labuan Bajo ini adalah kecerdasan spiritual di tengah tantangan budaya luar. Keuskupan ini harus bisa menjaga kebijaksaan lokal sebagai kecerdasan lokal, budaya, dan keluhuran kultural,” ujar Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Mgr. Antonius Subianto Bunyamin, yang juga adalah Uskup Bandung.
Sementara itu, Uskup Denpasar Mgr. Silvester San mengatakan, Labuan Bajo adalah firdaus kecil yang turun ke bumi, dengan perkembangan yang sangat pesat dan membawa dampak positif maupun negatif bagi masyarakat setempat.
Kehadiran keuskupan baru harus dapat membantu masyarakat lokal menghadapi budaya baru yang muncul, agar tidak bingung dan merosot dalam hal moral dan spiritual.
“Harus ada fondasi yang kuat dan sikap kritis yang jelas untuk masyarakat kecil yang terpinggirkan dari pembangunan dan keselamatan ekologis untuk perkembangan pariwisata,” katanya.
Seperti diketahui, Keuskupan Labuan Bajo merupakan pemekaran dari Keuskupan Ruteng. Cikal bakal keuskupan baru tersebut dimulai dari proposal yang diajukan Mgr Siprianus Hormat pada 2021, yang kemudian disetujui oleh Tahta Vatikan pada 2022.
Mgr Maksimus Regus dipilih sebagai uskup perdana dan dipercayakan Paus Fransiskus untuk memimpin Keuskupan Sufragan Labuan Bajo tersebut.
Pentahbisan menjadi uskup dilakukan oleh Kardinal Ignatius Suharyo, dengan pendamping Mgr.
Paulus Budi Kleden dan Mgr. Siprianus Hormat, disaksikan sejumlah uskup dari seluruh Indonesia.
Maksimus Regus dalam sambutannya setelah pentahbisan mengatakan, Keuskupan Labuan Bajo hadir tepat waktu di tengah pariwisata di tempat tersebut yang berkembang pesat.
Baca juga: Uskup Agung Merauke Dukung Program Cetak Sawah: Proyek Kemanusiaan untuk Memanusiakan Rakyat Payua
Keuskupan tersebut menjadi jawaban sekaligus pintu gerbang yang bakal memadukan budaya, iman, dan beragam masyarakat dalam satu persimpangan spiritual.
“Kami ingin memperkuat persekutuan yang inklusif, menjadi mencusuar harapan dan iman bagi semua yang datang ke Labuan Bajo. Di tengah segala tantangan tersebut, kami juga harus membangun fondasi baru, baik fisik, spiritual, maupun pastoral,” ujarnya.
Sebelum ditahbiskan menjadi uskup, Maksimus Regus menjalani serangkaian kegiatan, di antaranya bersilaturahmi ke Sekretariat NU Labuan Bajo, mengadakan kegiatan sosial karitatif pembagian sembako, hingga kegiatan bernuansa ekologis, seperti rehabilitasi terumbu karang dan penanaman pohon.
Rangkaian kegiatan tersebut sejalan dengan lima prinsip (5P), yaitu perdamaian (Peace), kesejahteraan (Prosperity), manusia (People), bumi (Planet), dan kemitraan (Partnership), yang senantiasa harus diperjuangkan untuk menghadirkan perdamaian dan kesejahteraan secara luas untuk masyarakat setempat.
Foto: Rangkaian acara tahbisan Uskup Perdana Mgr Maksimus Regus, yang berlangsung di Gereja St Petrus Sernaru, Labuan Bajo, Jumat (1/11/2024).