Update Pasca Erupsi Gunung Lewotobi: Rumah Diterjang Material Panas hingga Perkampungan 'Memutih'
Beruntung batu yang disebut warga berwarna merah menyala saat awal kejadian itu tidak menghantam rumah penduduk.
Penulis: Dewi Agustina
Jaraknya kira-kira 4-5 kilometer sehingga kawasan yang berada di Desa Klatanlo masuk dalam kategori zona merah bencana.
Gunung Lewotobi Laki-laki yang kini berstatus Level IV (Awas) sangat jelas terlihat.
Puncak gunung semakin terbuka lebar menghadap ke Desa Klatanlo, Dulipali, dan Hokeng Jaya.
Baca juga: Erupsi Gunung Lewotobi di NTT, BNPB: 10 Orang Meninggal, 10.295 Jiwa Terdampak
Dilihat dengan mata telanjang, bentuk puncak gunung mirip kuali.
Kepulan asap tebal masih keluar dari kawah gunung tersebut.
Ada pula asap dari celah-celah kecil di bagian bawah kawahnya.
Korli Kolin (49), korban terdampak erupsi asal Desa Hokeng Jaya, mengatakan dasar lubang itu masih panas karena terdapat kepulan asap yang muncul dari dalamnya.
"Di dalam masih panas. Kemarin (Senin, 4 November) itu asap ngepul dari dalam. Ini pasti batu panas yang dilontarkan gunung," katanya.
Dia bersyukur material panas sebesar itu tidak menghantam rumah warga.
Meski begitu, ada sejumlah rumah di lokasi lain yang dihantam material serupa hingga menyebabkan kerusakan parah.
Selain di tempat itu, masih ada kubangan lain di Desa Klatanlo dan Dulipali.
Jumlahnya bisa mencapai belasan lubang terlihat jelas di jalan antar desa dan Jalan Trans Flores.
"Ada yang di pinggir jalan, sebagian aspal rusak parah," ceritanya.
Menurutnya, bencana erupsi pada Minggu itu menjadi letusan terbesar setelah peristiwa di bulan Desember 2023 dan Januari 2024 lalu.