Terungkap, Agus Buntung Bawa Wanita Berbeda ke Homestay TKP Pelecehan, Pemilik: Ada 5 Perempuan
Pemilik homestay ungkap Agus Buntung kerap membawa wanita berbeda selama ini. Karyawan pun mengamininya.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nuryanti
"Kalau yang ditangani kita (polisi), sampai saat ini yang dimasukkan berkas perkara, ada empat korban dengan modus yang sama. Termasuk satu korban sbg pelapor, jadi ada lima.," ujar Syarif.
"TKP awal juga sama, di Taman Udayana. Jadi modusnya si pelaku mendatangi korban yang sedang sendiri, terus duduk, memperkenalkan diri," lanjutnya.
Dari perkenalan itulah, Agus dan korban kemudian terlibat percakapan yang mendalam.
Hal itu kemudian menyebabkan korban terikat secara psikis dan tak mampu melawan pelaku.
"Lalu ada percakapan yang mendalam antara pelaku dan korban, dari situlah pelaku melancarkan aksi-aksinya. Sehingga korban terikat dan tidak melepaskan secara psikis," beber Syarif.
Psikolog Singgung soal Manipulasi Emosi dalam Kasus Agus Buntung
Sebelumnya, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) NTB, Lalu Yulhaidir, mengungkap kemungkinan penyandang disabilitas seperti Agus Buntung menjadi tersangka pelecehan.
Baca juga: Beda Kasus Agus Salim dengan Agus Buntung yang Tengah Disorot Publik
Menurutnya, secara psikoseksual individu, antara disabilitas dan non-disabilitas tak memiliki perbedaan.
Perbedaan itu, kata Haidir, hanya terjadi dalam hal pubertas.
"Kalau berbicara psikoseksual individu disabilitas dan non-disabilitas sama, tidak ada perbedaan."
"Hanya saja yang membedakan disabilitas agak terhambat dalam pubertas, seks education," kata Haidir, Senin (2/12/2024), dikutip dari TribunLombok.com.
Ia mengatakan, pelaku penyandang disabilitas bisa saja menggaet korbannya dengan cara melakukan manipulasi emosi.
Pelaku, ujar Haidir, akan menawarkan hal-hal atau keahlian tertentu kepada korban.
Hal ini senada dengan penuturan korban kepada anggota Koalisi Anti Kekerasan Seksual NTB, Rusdin Mardatillah.
Rusdin mengungkapkan, Agus menawari korban yang ditemuinya di Taman Udayana pada 7 Oktober 2024, untuk melakukan ritual mandi wajib agar keburukan-keburukan hilang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.