Mengenal Jenis Gas Gunung Berapi: Solfatara, Hidrogen Halida, Sulfur Dioksida dan Bahayanya
Mengenal jenis Gas Gunung Berapi: Solfatara, Hidrogen Halida, Sulfur Dioksida, Karbon dioksida, dan bahayanya terhadap kehidupan manusia.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Gunung Tangkuban Parahu tercatat mengeluarkan hembusan gas pada Sabtu (12/2/2022).
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam laman VSI ESDM, melaporkan pengamatan instrumental dari aktivitas Gunung Tangkuban Parahu pada Senin (14/2/2022).
Hasil pengukuran temperatur di lereng Kawah Ratu mengalami peningkatan pada tanggal 12 Februari 2022 dan hasil pengukuran suhu tanggal 13 Februari 2022, temperatur kawah kembali menurun.
Peningkatan temperatur yang terjadi pada 12 Februari 2022 masih bersifat transien (sementara).
Hasil pengukuran konsentasi gas CO2 relatif stabil, sedangkan konsentrasi gas H2S relatif menurun.
Sedangkan hasil pengukuran konsentrasi gas H2S pada tanggal 13 Februari 2022 mulai menunjukkan peningkatan dan rasio gas C/S menurun, jika dibandingkan dengan rasio gas C/S tanggal 12 Februari 2022.
Saat ini status Gunung Tangkuban Parahu berada di Level I (Normal).
Masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu dan pengunjung, wisatawan, pendaki dilarang turun ke dasar Kawah Ratu.
Apa saja gas yang ada dalam gunung berapi?
Baca juga: Terpantau Ada Aktivitas Vulkanik, Gunung Tangkuban Parahu Bisa Meletus Sewaktu-waktu
Jenis Gas Gunung Berapi
Gas Solfatara (H2S)
Gas Solfatara (H2S) adalah Hidrogen sulfida yang menunjukkan aktivitas vulkanik yang relatif tenang.
Ketika gas belerang dilepaskan dari magma dan bertemu dengan air tanah saat naik, belerang dapat bereaksi dengan air dan membentuk hidrogen sulfida (H2S).
Dikutip dari USGS, kehadiran H2S biasanya menunjukkan aktivitas vulkanik relatif tenang karena air tanah mampu menyaring banyak gas belerang yang naik dari magma.
Hidrogen sulfida dapat diukur dengan mengumpulkan sampel gas kemudian menganalisis kimia lengkap di laboratorium.