Mengenal Jenis Gas Gunung Berapi: Solfatara, Hidrogen Halida, Sulfur Dioksida dan Bahayanya
Mengenal jenis Gas Gunung Berapi: Solfatara, Hidrogen Halida, Sulfur Dioksida, Karbon dioksida, dan bahayanya terhadap kehidupan manusia.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Sri Juliati
Dalam letusan penghasil abu, partikel abu juga sering dilapisi dengan hidrogen halida.
Setelah disimpan, partikel abu yang dilapisi ini dapat meracuni persediaan air minum, tanaman pertanian, dan lahan penggembalaan.
Karbon dioksida (CO2)
Karbon dioksida yang terperangkap di daerah dataran rendah dapat mematikan bagi manusia dan hewan.
Karbon dioksida merupakan sekitar 0,04% dari udara di atmosfer bumi.
Dalam satu tahun rata-rata, gunung berapi melepaskan antara sekitar 180 dan 440 juta ton karbon dioksida.
Ketika gas tidak berwarna dan tidak berbau ini dipancarkan dari gunung berapi, gas tersebut biasanya menjadi encer ke konsentrasi rendah dengan sangat cepat dan tidak mengancam kehidupan.
Namun, karena gas karbon dioksida dingin lebih berat daripada udara, ia dapat mengalir ke daerah dataran rendah di mana ia dapat mencapai konsentrasi yang jauh lebih tinggi dalam kondisi atmosfer tertentu yang sangat stabil.
Gas ini dapat menimbulkan risiko serius bagi manusia dan hewan.
Menghirup udara dengan lebih dari 3% CO2 dapat dengan cepat menyebabkan sakit kepala, pusing, peningkatan detak jantung, dan kesulitan bernapas.
Pada rasio pencampuran melebihi sekitar 15%, karbon dioksida dengan cepat menyebabkan ketidaksadaran dan kematian.
Di gunung berapi atau area lain di mana emisi CO2 terjadi, penting untuk menghindari area kecil dan area rendah yang mungkin menjadi perangkap CO2.
Konsentrasi gas CO2 yang tinggi di tanah juga dapat merusak atau menghancurkan vegetasi, seperti yang terlihat di beberapa daerah di Gunung Mammoth.
Baca juga: Gunung Tangkuban Parahu Berstatus Level 1 (Normal), PVMBG Jelaskan soal Hembusan Gas di Kawah Ecoma
Sulfur dioksida (SO2)