Detik-detik Longsor di Wonosobo Terekam Kamera, Sebabkan 2 Orang Luka-luka dan Kerugian Rp 300 Juta
Bencana longsor terjadi di Dusun Jetis RT 02/01, Desa Pacarmulyo, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat (14/12/2018).
Penulis: Daryono
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Ia yang begitu mengagumi keindahan alam pegunungan Wonosobo terkejut dengan bencana alam yang merenggut kecantikan daerah itu.
"Saya ingin berbicara tentang bencana yang terjadi di Wonosobo yang saat ini menjadi bahan pembicaraan, dengan gempa bumi yang mengerikan kawasan yang indah di bagian dari Jawa Tengah ini telah hancur. Saya mengucapkan bela sungkawa dan berusaha memberikan suatu yang lebih untuk daerah yang indah tersebut. Saya tidak bisa membayangkan apa yang terjadi disana.”
Angka korban jiwa yang tertulis dalam laporan itu tentunya sudah mampu menggambarkan kedahsyatan gempa kala itu.
Sebab, di tahun tersebut, pemukiman dan jumlah penduduk tentu masih jarang, tidak sepadat sekarang.
Tempat tinggal warga yang masih banyak berbahan kayu rusak hingga rubuh.
Kedahsyatan gempa kala itu juga tampak dari bangunan-bangunan Belanda di pusat kota, termasuk gedung-gedung perkantoran.
Padahal, arsitektur Belanda dikenal memiliki konstruksi yang kuat dibanding bangunan pada zaman sekarang.
Tetapi pada hari nahas itu, sejumlah bangunan kolonial di pusat kota nyatanya tak mampu menahan guncangan hingga runtuh.
Hotel Dieng, yang kini berubah nama menjadi Hotel Kresna, di pusat kota pun hancur karena gempa.
Begitu pula beberapa bangunan lain di kota yang juga mengalami kerusakan sangat parah.
"Tidak semua gempa tercatat dalam sejarah dunia. Nah, dua gempa di Wonosobo ini tercatat dalam sejarah gempa dunia," kata Bimo Sasongko, Pustakawan Perpustakaan Kabupaten Wonosobo
Rentetan gempa itu dimulai pada Minggu 9 November 1924.
Terdapat 5 guncangan kala itu, 3 di antaranya terasa begitu kuat sehingga penduduk bergegas meninggalkan rumah.
Selang beberapa hari kemudian, Rabu 12 November 1924, dua guncangan kuat terasa di sore hari yang menyebabkan kerusakan serius.
Gempa berlangsung 10 menit dengan guncangan keras dan bergelombang dari arah utara disertai gemuruh .
Derita para korban belum berakhir.
Gempa kembali mengguncang cukup kuat pada Minggu, 16 November 1924.
Pusat gempa di 4 KM BL dari pusat Kota Wonosobo telah menyebabkan fragmentasi dan pergeseran lapisan tanah.
Beberapa daerah yang disebut terkena dampak terparah adalah kampung Kali Tiloe, Pagetan, Salam, dan Larang yang terseret runtuhnya tanah.
Dampak gempa mencapai daerah Wonoroto dari utara ke selatan dari pusat gempa. Banyak kampung mengalami kerusakan sangat parah (Indie, hlm 331).
(Tribunnews.com/Daryono/TribunJateng/khoirul muzaki)