6 Fakta Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali, Tradisi Jelang Nyepi hingga Kuliner Wajib yang Disajikan
Berikut ini 6 fakta perayaan Hari Raya Nyepi di Bali, tradisi jelang nyepi hingga kuliner yang wajib disajikan. Ada lawar hingga entil.
Penulis: Bunga Pradipta Pertiwi
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
4. Ritual
Sehari setelah Nyepi, masih ada tradisi yang dilaksanakan di Bali salah satunya tradisi Omed-omedan.
Tradisi Omed-omedan dilaksanakan oleh masyarakat Banjar Kaja, Desa Pakraman Sesetan, Denpasar Selatan.
Tradisi ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-17 dan terus berlangsung hingga saat ini.
Sekali waktu di masa lalu, tradisi ini pernah ditiadakan, tiba-tiba di tengah desa muncul dua ekor babi hutan yang saling bertarung.
Masyarakat setempat menganggap hal tersebut sebagai pertanda buruk, sehingga sesepuh desa segera memanggil kembali para muda-mudi untuk berkumpul dan menyelenggarakan Omed-omedan seperti biasa.
Setelah kejadian itu, tradisi ini terus diadakan secara rutin sebagai upaya agar desa terhindar dari malapetaka.
Tradisi ini dilakukan oleh sekelompok pemuda dan pemudi berusia 17 hingga 30 tahun dengan yang saling tarik-menarik, memeluk, dan mencium pipi.
Kemeriahan semakin terasa saat muda-mudi bertabrakan, kemudian saat saling berangkulan itu mereka disiram dengan air.
Acara adat ini dilakukan sebagai bentuk kegembiraan, rasa syukur, sekaligus memupuk kebersamaan dan kekeluargaan.
Sebelum melakukan acara ini, semua peserta diwajibkan mengikuti upacara atau sembahyang di Pura Banjar.
5. Mebuug-Buugan
Baca: 7 Kuliner Khas Bali Ini Selalu Hadir Jelang Hari Raya Nyepi, Ada Cerorot hingga Nasi Tepeng
Tradisi Mebuug-buugan dimiliki oleh krama (warga) Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.
Tradisi Mebuug-buugan diambil dari kata “buug” yang berarti tanah atau lumpur yang bermakna membersihkan diri di tahun baru ala Hindu.