Novak Djokovic Menentang Vaksinasi Terhadap Petenis
Sikap anti-vaksinasi bisa menjadi penghalang petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic, kembali tampil setelah pandemi virus corona berakhir.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Sikap anti-vaksinasi bisa menjadi penghalang petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic, kembali tampil setelah pandemi virus corona berakhir.
Seluruh turnamen tenis ditunda hingga 13 Juli 2020 akibat wabah Covid-19 atau virus corona.
Hal tersebut berimbas kepada pembatalan Wimbledon 2020, serta mundurnya turnamen Grand Slam lainnya yaitu French Open 2020 ke bulan September.
Novak Djokovic tak yakin bisa kembali ke lapangan tenis jika para pemain diharuskan menjalani proses vaksinasi.
Pasalnya, pemain asal Serbia tersebut memilih sikap anti-vaksin.
"Saya pribadi menentang vaksinasi. Saya tak mau dipaksa menjalani vaksinasi demi bisa bepergian," kata Djokovic.
"Namun, saya harus membuat keputusan seandainya vaksinasi menjadi hal wajib," tuturnya lagi.
Djokovic tak menutup kemungkinan bisa berubah pikiran. Hanya saja ia memilih menunggu perkembangan.
"Saya punya pendapat sendiri dan tak tahu apakah opini tersebut bisa berubah ke depannya. Saya paham kalau vaksin akan jadi hal wajib, tetapi sekarang vaksin tersebut belum ada," ucap juara Wimbledon 2019 itu.
Sebelumnya, eks petenis asal Prancis, Amelie Mauresmo, berpendapat turnamen tenis tak boleh dilanjutkan jika vaksin untuk virus corona belum ditemukan.
"Turnamen internasional adalah wadah untuk pemain dari semua negara, manajemen, penonton, dan semua orang dari empat penjuru dunia berkumpul. Tidak ada vaksin, tidak ada tenis," tulis Mauresmo pada akun Twitter pribadinya.
Situs worldometers.info menunjukkan sudah ada 2,49 juta kasus virus corona ditemukan di seluruh dunia per 21 April 2020.
Dari jumlah tersebut, 170 ribu pasien terjangkit meninggal dunia. Adapun sebanyak 653 ribu pasien dinyatakan sembuh.