CERITA Elmiati Detik-Detik Kericuhan, Merasa Ajalnya Dekat dan Kini Kehilangan Suami dan Putranya
Elmiati melihat penonton pertandingan sepak bola di atas tribun bersamanya berteriak merintih kesakitan meminta bantuan pertolongan
Editor: Eko Sutriyanto
Pada momen serba pelik nan putus asa itu, Elmiati mengaku sempat merasa bahwa di situlah ajalnya akan tiba.
"Saya juga sudah pasrah kalau nanti ikut meninggal, saya meninggal dengan suami dan anak saya, pikiran saya cuma begitu," gumamnya, kala itu, sembari mengenang.
Baca juga: Polri Sebut Tak Ada Aremania yang Ditangkap di Kasus Tragedi Kerusuhan Stadion Kanjuruhan
Apalagi di tengah himpitan ratusan tubuh merangsek segala sisi tubuhnya.
Elmiati melihat langsung dengan mata kepala sendiri, kengerian itu.
Wajah-wajah para suporter yang semula melihat pertandingan sepak bola di atas tribun bersamanya itu berteriak merintih kesakitan meminta bantuan pertolongan.
Ia bisa melihat sendiri bagaimana beberapa Aremania terkapar sekarat tak berdaya dengan mulut mengeluarkan busa.
"Itu (orang-orang) masih teriak-teriak. Ada yang keluar busa. Ada yang sekarat. Saya lihat sendiri," ungkapnya.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan Malang, Komisi X: Harus Ada yang Bertanggung Jawab, Jangan Hanya Minta Maaf
Entah dari manah datangnya, laiknya malaikat penolong.
Tubuh Elmiati tiba-tiba ditarik oleh orang lain agar terhindar dari desakan kerumunan tersebut, untuk kembali mencari area lapangan yakni di atas tribun.
Tak seperti beberapa menit sebelumnya.
Area tribun tersebut kini bebas dari asap gas air mata.
Hujan gerimis yang menghujani stadion tersebut mampu menghilangkan bubuk kimia gas air mata.
"Ternyata, ada yang menolong saya. Saya diajak ke atas tribun lagi. (Gas air mata hilang) bukan karena angin, tapi karena hujan," terangnya.
"Saya dirawat saudara saya. Saya diminta istirahat dan saudara saya itu pergi cari suami dan anak saya," tambahnya.