Taman Purbakala Waruga Sawangan di Minahasa Utara, Jejak-jejak Mahakarya Zaman Megalitikum
Taman Purbakala Waruga Sawangan di Minahasa Utara menyimpan koleksi dan jejak mahakarya nenek moyang zaman megalitikum. Apa saja?
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribun Manado, Finneke Wolajan
TRIBUNNEWS.COM - Kalau masyarakat di tanah Toraja Sulawesi Selatan memiliki tradisi khas mengubur mayat di dalam tebing batu, masyarakat suku Minahasa, Sulawesi Utara ternyata pernah melakukannya tradisi unik serupa.
Masyarakat yang telah meninggal dikuburkan dalam sebuah kotak batu berongga seperti bak mandi, dan ditaruh dalam posisi meringkuk.
Wadah tersebut kemudian ditutup dengan penutup berbentuk segitiga.
Kubur batu tersebut kemudian disebut Waruga.
Wisatawan berpose di Taman Purbakala Waruga Sawangan (Tribun Manado/ Finneke Wolajan)
Jejak mahakarya zaman Megalitikum itu bisa ditemui di Taman Purbakala Waruga Sawangan.
Taman yang berlokasi di Kabupaten Minahasa Utara ini kini menjadi destinasi wisata sejarah favorit para pelancong baik dalam maupun luar negeri.
Di taman ini, ada 144 Waruga yang bisa ditemui.
Dari bentuk dan motifnya, ada cerita tersendiri yang terkandung di dalamnya. Jika berkunjung, juru pelihara akan memandu dan menjelaskan history di baliknya.
Menurut catatan sejarah, Waruga mulai digunakan oleh orang Minahasa pada abad ke IX.
Namun sekitar tahun 1860, kebiasaan mengubur dalam Waruga mulai dilarang oleh Belanda.
Saat itu mulai berkembang wabah pes, tipus dan kolera.
Maka muncul kekhawatiran apabila orang yang dikubur membawa penyakit, maka penyakit akan menyebar melalui rembesan dari celah kotak Waruga.